
Imam Ghazali menyampaikan tentang nasehat dalam kitab ayyuhal walad, “wahai anakku, menasehati itu hal yang mudah, yang susah itu menerimanya. Karena nasehat itu rasanya pahit sekali bagi orang yang mengikuti hawa nafsu, karena hal-hal yang dilarang itu ternyata menjadi sesuatu yang dicintai di hati mereka. Terlebih bagi seorang pencari ilmu yang sifatnya hanya formalitas saja, hanya untuk memuaskan intelektual saja, dan untuk mencari prestasi kehidupan dunia.”
Itulah ilmu yanh tidak berkah, yakni ilmu yang hanya ditujukan akhirnya untuk duniawi saja, baik itu sekedar mencari kepuasan intelektual saja atau mencari prestasi kehidupan yang ujungnya akan usang dan tidak bermanfaary baginya untuk kelak di akhirat.
Islam selalu mengaitkan semua aktivitas manusia termasuk dalam hal mencari ilmu dengan surga Allah, ridho Allah, dan pahala dari Allah SWT. Diungkap oleh imam Ghazali dalam kitab adabul muta’alin wal ‘am halaman 43, terkait perhatian Islam terhadap ilmu dan ahlinya dan mencantum salah satu ayat beeikut.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِذَا قِيْلَ لَـكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَا فْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَـكُمْ ۚ وَاِ ذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَا نْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ ۙ وَا لَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍ ۗ وَا للّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Mujadilah 58: Ayat 11)
Ayat di atas mengungkap keterkaitan ilmu serta ahlinya dengan Allah yang tidak terlihat, yang tidak bisa ditangkap oleh panca indra, yakni derajatnya akan ditinggikan di sisi Allah. Kemudian pada paragraf ke-2 pada kitab adabul muta’alin wal ‘am halaman 43. Imam Ghazali mrncantumkan sebuah hadits. Rasulullah Saw bersabda,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Dengan ayat dan hadits di atas, menandakan bahwa mencari ilmu itu erat kaitannya dengan mencari ridho Allah dan untuk menyiapkan bekal agar selamat kelak nanti di akhirat. Bukan untuk kepentingan dunia yang bersifat materialistis.
عَنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ كُنْتُ جَالِسًا مَعَ أَبِى الدَّرْدَاءِ فِى مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنِّى جِئْتُكَ مِنْ مَدِينَةِ الرَّسُولِ -صلى الله عليه وسلم- لِحَدِيثٍ بَلَغَنِى أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَا جِئْتُ لِحَاجَةٍ. قَالَ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِى السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِى الأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِى جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
Dari Katsir bin Qois, ia berkata, aku pernah duduk bersama Abu Darda’ di Masjid Damasqus, lalu datang seorang pria yang lantas berkata, “Wahai Abu Ad Darda’, aku sungguh mendatangi dari kota Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- (Madinah Nabawiyah) karena ada suatu hadits yang telah sampai padaku di mana engkau yang meriwayatkannya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku datang untuk maksud mendapatkan hadits tersebut. Abu Darda’ lantas berkata, sesungguhnya aku pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya di antara jalan menuju surga. Sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya sebagai tanda ridho pada penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang berilmu dimintai ampun oleh setiap penduduk langit dan bumi, sampai pun ikan yang berada dalam air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu dibanding ahli ibadah adalah seperti perbandingan bulan di malam badar dari bintang-bintang lainnya. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi. Sesungguhnya Nabi tidaklah mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Barangsiapa yang mewariskan ilmu, maka sungguh ia telah mendapatkan keberuntungan yang besar.” (HR. Abu Daud no. 3641. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Dalam hadits di atas, disampaikan bahwa ilmu Islam bukanlah ilmu yang kering dalam proses transfernya. Bukan hanya transfer ilmu dari orang satu ke orang yang lain, melainkan selalu ada Allah serta penduduk langit yang memperhatikan transfer ilmu tersebut, tidak lepas dari iringan ridho Allah SWT.
Dalam transfer ilmu Islam, alangkah baiknya dengan proses talaqqi, karena talaqqi melibatkan rasa, pikiran, serta dilengkapi dengan adab hiingga lengkap terserap ilmunya. Berbeda dengan masa pandemi sekarang yang menyimak keilmuan lewat online, ada yang sambil tiduran, ada yang mungkin bisa saja memperhatikan penyampaian ilmunya sedang di kamar mandi.
Ilmu akan masuk pada seseorang dengan cinta. Gurunya sangat mencintai muridnya, begitupun sebaliknya. Cinta ini akan tumbuh karena adanya adab yang dilakukan. Ketika cinta ini tumbuh, akan ada kasih sayang antara guru dengan murid. Sehingga, ketika disampaikan sepatah dua patah kata nasehat akan sangat masuk ke muridnya. Guru pun harus punya adab yang baik kepada muridnya.
Ilmu tidak akan masuk pada seseorang karena kebencian. Kebencian ini tumbuh karena akhlaq yang tidak baik ditampakkan, tanpa memakai adab. Murid yang tidak beradab kepada gurunya, dan gurunya yang tidak memakai adab kepada muridnya. Oleh karena itu, haruslah keduanya mengetahui adab.
- Adab-adab mencari ilmu
Diungkap oleh imam Ghazali dalam kitab adabul muta’alin wal ‘am halaman 7, yaitu :
- Pencari ilmu harus bersih dzohirnya dan bersih batinnya (hati dan pikiran)
Secara dzohir, seorang pencari ilmu itu hendaknya menjaga wudhunya dan membersihkan tubuhnya dan tampilannya dengan seukuran yang dia mampu. Kemudian yang dimaksud membersihkan batin, seorang pencari ilmu itu niatnya semata-mata untuk mencari ridho Allah saja, serta istiqomah membersihkan akhlaq-nya dari akhlaq rendahan (sombong, ujub, riya, dan lain sebagainya) dan sifat-sifat yang sangat remeh temeh karena yang namanya ilmu itu ibadahnya hati, solatnya hati, dan aktivitas diri untuk mendekatkan kepada Allah SWT.
Carilah ilmu dengan kerja keras yang nyata, jangan pernah mencari ilmu dengan cara-cara yang irrasional. Jika ingin menghafal Alquran, tentu harus melewati proses menghafal.
- Mengosongkan hati dan pikiran untuk fokus ilmu saja, serta memutus semua hubungan yang menterlenakan.
Misalnya, ketika ngaji, identifikasi terlebih dahulu apa yang membuat tidak fokus. Jika hp, maka jauhkanlah hp tersebut.
Seorang pencari ilmu tidak mungkin dapat menggapai cita-citanya dalam urusan ilmu, terkecuali dengan mengosongkan hati fokus pada ilmu saja dan memutus semua hubungan yang menjadikan dia sibuk mengurusi huhungan tadi dan jauh dari keluarga dan negaranya. Karena beberapa hal itu akan menjadikan dia terlena dan berpaling. Allah SWT berfirman, “Allah tidak menjadikan bagi seorang laki-laki, dua hati di dalam dirinya.”