
Harus difahami bahwasanya pertolongan Allah SWT itu mahal harganya dan tidak diberikan kepada sembarang orang Muslim atau sekelompok orang sembarangan. Ia hanya diberikan kepada orang-orang yang memiliki sufat khusus. Ia juga hanya diberikan kepada kelompok yang memang layak mengemban amanah, kelompok itu disebut “Ath-Thaifah al-Mashurah” artinya kelompok pemenang.
Rasulullah Saw bersabda,
“Di antara umatku senantiasa ada orang-orang yang menang karena berpegang erat dengan kebenaran. Siapapun yang berusaha mencampakkan mereka, tidak bisa membahayakan mereka hingga datang hari kiamat, mereka tetap seperti itu.” (H.R. al-Bukhori, Muslim, at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Sesuai dengan hadits di atas, datangnya pertolongan Allah itu syarat utamanya adalah berpegang kepada kebenaran. Oleh karena itu, sebagai pengembangan dakwah dalam memperjuangkan dakwah haruslah tidak takut pada bahaya yang akan menerpa, karena sesungguhnya pertolongan Allah sennatiasa mengiringi. Tantangan atau bahaya itu anggap saja sebagai bumbu perjuangan.
- Kelompok Pemenang
Mereka adalah yang berpegang teguh pada kebenaran (Islam), tidak mengkhawatirkan masalah jumlah, terus berjuang menggenggam teguh kebenaran. Abdullah bin Rawahah RA saat terjadi perang Mu’tah, “kita tidak memerangi musuh dengan senjata, kekuasaan, dan pasukan besar. Kita tidak memerangi mereka kecuali dengan agama ini, yang dengan itulah Allah memuliakan kota.” (Ibnu Hisyam, Sirah bin Hisyam, 1/735)
Oleh karena itu, kelompok pemenang adalah mereka yang berperang ntuk agama dan memberantas kemaksiatan. Bukan dikarenakan perbedsan suku, madzhab, ras, dan lain-lain.
Selanjutnya sebagaimana surat Abu Bakar yang dikirim kepada Amr bin Ash, “semoga kesejahteraan tervurah kepadamu. Amma ba’du. Dalam suratmu engkau menyebutkan jumlah pasukan Romawi yang amat besar. Sesungguhnya Allah tidak menolong kami bersama Nabi-Nya dengan banyaknya pasukan dan senjata. Kami bahkan pernah berperang bersama Rasulullah Saw, sementara kita hanya mempunyai dua ekor kuda dan kita pun bergantian naik unta. Dalam perang uhud, bahkan kita hanya memiliki seekor kuda yang dinaiki oleh Rasulullah Saw. Beliau membantu siapa saja yang tertinggal. Ketahuilah, orang yang paling taat kepada Allah adalah orang yang paling membenci kemaksiatan. Karena itu, taatilah Allah dan perintahkan anak buahmu untuk menaatinya.”
Taat yang dimaksud itu adalah taqwa. Abu Hurairah menyampaikan bahwasanya “taqwa itu adalah seperti kita berhadapan dengan jalan berlubang, kita akan melewatinya dengan memilih untuk menghindsri kubang dan duri tersebut. Lubang dan duri tersebut adalah maksimat.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
لَـيْسَ بِاَ مَا نِيِّكُمْ وَلَاۤ اَمَا نِيِّ اَهْلِ الْـكِتٰبِ ۗ مَنْ يَّعْمَلْ سُوْٓءًا يُّجْزَ بِهٖ ۙ وَ لَا يَجِدْ لَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلِيًّا وَّلَا نَصِيْرًا
“(Pahala dari Allah) itu bukanlah angan-anganmu dan bukan (pula) angan-angan Ahli Kitab. Barang siapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah.”
(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 123)
Berdasarkan ayat di atas, dijelaskan bahwasanya pahala itu bukan didapatkan dengan cara angan-angan, seperti membayangkan mwnghitung-hutung pahala seakan-akan sudah beramal soleh dengan baik.
- Sebab-sebab pembawa kemenangan
- Kisah Heraklius yang Pasukannya Kalah Perang
Ketika berada di Antakiah dan pasukan Romawi pulang dalam keadaan kalah. Heraklius berkata kepada mereka, “Celaka kalian! Jelaskan kepadaku tentang orang-orang yang berperang melawan kalian?Bukankah mereka manusia seperti kalian juga?” pasukan Romawi menjawab, “Benar , tentu saja.” Heraklius kemudian bertanya, “siapa yang lebih banyak pasukannya : kalian atau mereka?” pasukan Romawi menjawab, “kami lebih banyak pasukannya beberapa kali lipat di semua tempat.” Kemudian pasukan Romawi menjawab, “pasukan kami lebih banyak beberapa kali lipat di semua tempat.” Heraklius berkata, “kalau begitu, kenapa kalian bisa dikalahkan?”
Kemudian, salah seorang tokoh Romawi berkata, “karena mereka bisa melakukan shalat malam, berpuasa pada siang hari, menepati janji, melakukan amar ma’ruf nahi munkar, dan berlaku adil kepada sesama mereka. Sebaliknya, kita biasa minum minuman keras, berzina, melakukan keharama , ingkar janji, merampok, menzalimi orang, memerintahkan hal-hal haram, melarang hal-hal yang diridhai Allah serta membuat kerusakan di bumi.”
Heraklius kemudian berkata kepada tokoh itu, “anda berkata benar kepadaku.”
(Diriwayatkan Ahmad bin Marwan al-Malik, dalam kiyab Al-Bidayah (VII/15))
- Biarawan Pada Malam Hari dan Para Pendekar Ulung Pada Siang Hari
Salah seorang intel Romawi yang dikirim ke al-Qibqilar pernah menyelidiki kondisi kaum muslim. Itu terjadi ketika al-Qibqilar datang untuk menaklukkan negeri Syam. Hasil pengintaian intel tersebut disampaikan kepada al-Qibqilar, “mereka adalah biarawan pada malam hari dan para pendekar ulunh pada siang hari. Jika anak raja mereka mencuri, mereka memotong tangannya, dan jika ia berzina, mereka merajamnya untuk menegakkan kebenaran di tengah-tengah mereka.”
Kemudian al-Qibqilar berkata kepada intelnya, “jika laporanmu ini benar, perut bumi lebih baik bagiku daripada berhadapan dengan mereka di atas permukaan bumi. Aku berharap Allah tidak mempertemukan aku dengan mereka, tidak menolongku dalam menghadapi mereka, juga tidak menolonh mereka dalam menghadapi kami.”
(Diriwayatkan al-Baihaqi dalam Sunan al-Kunra VII/75)
- Berhadapan dengan kaum yang ingin terbunuh lebih dulu
Sahabat Thulaihah al-Asadi ketika menyaksikan kekalahan para sahabatnya di medang perang, ia berkata, “celaka kalian, apa yang menyebabkan kalian kalah?” salah seorang menjawan, “aku akan menjelaskan kepadamu mengapa kita kalaj. Setiap orang dari kota ingin sahabatnya terbunuh lebih suli. Sesungguhnya kita sekarang bertemu dengan suatu kaum yang masing-masing dari mereka ingin terbunuh lebih dulu daripada yang lain.”
(Diriwayatkan Walid bin Muslim – al-Bidayah wan Nihayah V/15)
- Suara mereka saat membaca Al-Qur’an dan zikir begitu keras
Laporan intel betrix Damaskus setelah kedatangan kaum muslim di Yordania. Intel itu berkata, “Aku baru saja dayang dari orang-orang yang lembut. Mereka mengendarai kuda bagus. Pada malam hari mereka adalah para biarawan. Pada siang hari, mereka adalah pendekar yang ulung. Jika ada berbicara dengan temam anda, perkataan anda tidak dapat difahami oleh yeman anda karena suara mereka saat membaca Al-Qur’an dan zikir begitu keras.”
Betrix Damaskus kemudian menoleh kepada para pengikutnya dan berkata, “sesuatu dari kaum muslim telah datang kepada kalian dan kalian tidak mungkin sanggup menghadapinya.”
- Jujur dan Ikhlas Dalam Dakwah Penentu Kemenangan
Ibnu Jarir juga menyebutkan, ketika pedang Kisra, ikat pinggang, dan perhiasannya diserahkan kepada Khalifah Umar bin Khattab RA maka beliau berkata, “Sungguh, orang-orang yang membawa barang-barang ini adalah orang yang jujur.”
Asy-Syahid Sayyid Quthb berkata, “Dakwah pasti akan mengalami benturan, di mana kekuatan Al-haqq akan berkonfrontasi dengan Al-Bathil. Di sini, Islam tidak bisa ambil jalan damai, meletakkan kebenaran untuk berkompromi dengan kebathilan…”
Ketetapan Allah bahwa kebenaran akan berkonfrontasi dengan kebathilan sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قُلْ لَّنْ يُّصِيْبَـنَاۤ اِلَّا مَا كَتَبَ اللّٰهُ لَـنَا ۚ هُوَ مَوْلٰٮنَا ۚ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ
“Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.””
(QS. At-Taubah 9: Ayat 51)
- Tunaikan amanah
Dihadang berbagai persoalan yang menjadikan aktifitas dakwahnya menurun tidak menjadikan alasan tidak menunaikan amanah. Tidak kerasan menjalani dakwah karena ada hal yang cocok tidak menjadi halangan juga dalam berdakwah.
Maka dari itu, dalam berjuang dalam kebenaran haruslah kita luruskan kembali niat, berjuang untuk siapa, mengabdi kepada siapa. Sudahkah waktu dan tenaga dicurahkan untuk berjuang dalam dakwah?untuk apa menunaikan amanah?untuk kejayaan Islam atau kebanggaan diri?semuanya berpulang pada keikhlasan. Dan akhirnya, berjuang itu berjalan dalam ketidak pastian dan yang paling mengerikan lagi tercabutnya pahala yang sejatinya siap menanti. Sekali lagi kembalikan niat, semata berjuang karena Allah dan tegaknya Islam agar senantiasa konsisten dalam berdakwah.
Dari sini, bisalah disimpulkan, bahwa kemenangan kaum muslim terletak pada keteguhannya pada agama. Dan kekalahannya yaitu karena tidak berpegang teguhnya kaum muslimin pada agamanya. Wallahu’alamu bish showab.