
Mewaspadai Brain Rot yang Menjadi Ancaman Umat
NgajiShubuh.or.id — Fenomena brain rot kembali menjadi ancaman generasi hari ini. Brain rot (pembusukan otak) adalah menurunnya kemampuan berpikir pada otak karena terlalu banyak konten-konten receh atau tidak penting. Tidak dimungkiri hal itu terjadi karena hari ini marak konten-konten receh yang hanya mengejar view, like, share, dan komentar. Namun, tidak memikirkan dampak buruk ke depannya.
Banyak content creator membuat konten yang hanya untuk lucu-lucuan dan tidak ada manfaatnya. Bahkan, konten-konten yang menarasikan kemaksiatan, kemungkaran, dan kezaliman. Sebagai contohnya adalah menjadikan aktivitas pacaran sebagai konten di media sosial, perundungan sebagai konten, dan sebagainya.
Di sinilah brain rot mengakibatkan pendangkalan pemikiran, pragmatis, kehilangan arah-tujuan, dan tidak memiliki orientasi hidup. Padahal seorang muslim seharusnya sibuk belajar, bukan malah kecanduan konten-konten yang tidak bermanfaat dan waktunya habis. Bagaimana seorang muslim bisa maju jika mereka terjebak dalam perbuatan yang sia-sia?
Sikap Muslim
Seorang muslim sudah memiliki batasan-batasan agar terjaga akal dan terhindar dari ancaman brain rot. Dalam surat al-Hujurat [49]: 6, Allah berfirman,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًا ۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.”
Pertama, muslim tidak boleh latah menyebarkan berita yang belum jelas, apalagi datang dari orang-orang fasik. Di sinilah penting mengecek, klarifikasi, dan menelaah lagi. Sehingga tidak terjebak pada fitnah atau menyebarkan konten-konten maksiat dan kemungkaran.
وَٱلَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ ٱلزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا۟ بِٱللَّغْوِ مَرُّوا۟ كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (al-Furqan [25]: 72)
Kedua, tidak terjebak pada konten-konten unfaedah. Dalam surat al-Furqan ayat 72 telah jelas perintah untuk menjauhi segala hal yang tidak ada faedahnya alias sia-sia. Terkadang konten-konten tidak bermanfaat tersebut memang menggoda tetapi telah jelas mudaratnya dan berpotensi besar menyebabkan kemerosotan berpikir. Selain itu, perayaan-perayaan orang kafir dan musyrik juga harus dihindari dan generasi tidak boleh sekadar FOMO (fear of missing out) dan jangan sampai latah mengikutinya.
Ketiga, muslim diperintahkan untuk mengejar segala hal yang bermanfaat untuk agamanya. Sehingga ketika memilih hal-hal untuk dilihat dan didengarkan harus dipilih kepada hal-hal yang mendekatkan kepada Allah SWT. Dari Abu Hurairah RA, beliau berkata, Rasûlullâh SAW bersabda, “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, ‘Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu,’ tetapi katakanlah, ‘Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan ‘seandainya’ akan membuka (pintu) perbuatan setan.”
Tingginya tekad seseorang dalam mencapai cita-cita adalah keimanan itu sendiri. Bagaimana bila seorang muslim sibuk dengan tontonan yang merusak? Mereka akan kehilangan orientasi hidupnya di dalam Islam. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat ” (HR. Tirmidzi no. 2317, Ibnu Majah No. 3976. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Fenomena konten tiada guna yang berpotensi merusak daya berpikir itu akan membuat kedangkalan berpikir dan itu akan tampak dalam perilakunya. Contohnya, mereka yang tidak bisa diatur, tidak memiliki adab, dan hidup seenaknya. Sungguh ironis, apabila mereka sudah baligh tetapi cara berpikirnya dan tingkah lakunya seperti anak kecil yang akalnya belum sempurna.
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring.” Kemudian seseorang bertanya, ”Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata, “Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ‘Wahn’.” Kemudian seseorang bertanya, “Apa itu ‘Wahn’?” Rasulullah bersabda, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud No. 4297 dan Ahmad 5: 278, shahih menurut Syaikh Al Albani. Lihat penjelasan hadits ini dalam ‘Aunul Ma’bud)
Hadits di atas menampakkan umat Islam lemah dan berada dalam pengaruh orang-orang kafir dan sesat jika terkena penyakit wahn. Penyakit wahn ini menimpa seseorang ketika pemikirannya, fokusnya, dan hidupnya hanya disibukkan perkara dunia. Mereka takut mati dan terlalu cinta dunia karena konten-konten yang dia tonton tidak ada yang mengajaknya untuk memikirkan akhirat. Penyakit wahn ini berhubungan sekali dengan fenomena brain rot, karena kedangkalan berpikir, sehingga melupakan akhirat. Padahal segala hal yang dilakukan di dunia akan dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, seorang mukmin harus menjaga amalnya supaya akidahnya terjaga senantiasa lurus.[] Ika Mawarningtyas
Kajian seputar Brain Rot yang harus diwaspadai oleh umat bisa disimak di: