
Sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah adalah waktu yang sangat istimewa dalam kalender Islam. Hari-hari ini dipenuhi dengan limpahan keutamaan dan peluang besar untuk meraih pahala yang melimpah. Bahkan, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa tidak ada hari-hari lain di mana amal saleh lebih dicintai oleh Allah dibandingkan dengan hari-hari tersebut. Karena itu, momen ini seharusnya tidak dilewatkan begitu saja, melainkan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Dalam kesempatan emas ini, ada banyak amal ibadah yang dianjurkan untuk dikerjakan—baik berupa ibadah wajib yang harus kita jaga, maupun ibadah sunah yang bisa menjadi jalan untuk meraih cinta Allah. Mulai dari menjaga salat tepat waktu, berpuasa, memperbanyak takbir, hingga memperdalam ilmu agama, semua menjadi bagian dari bentuk penghambaan kita di hadapan-Nya. Berikut ini beberapa amalan utama yang sangat dianjurkan untuk dilakukan selama 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
Menjaga Ibadah Wajib
Sebelum memperbanyak amalan sunah, penting bagi seorang Muslim untuk terlebih dahulu memperhatikan kewajiban-kewajiban agamanya. Ibadah yang paling dicintai Allah adalah ibadah yang wajib. Dalam hadis qudsi, Allah Ta’ala berfirman:
“Barangsiapa memusuhi wali-Ku, maka Aku nyatakan perang terhadapnya. Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang telah Aku wajibkan kepadanya.” (HR. Bukhari No. 6502)
Di hari-hari mulia ini, jangan sampai kita meninggalkan salat lima waktu—yang bagi laki-laki dianjurkan berjemaah, dan bagi perempuan dilaksanakan di rumah. Berbakti kepada orang tua, menyenangkan hati mereka, serta menghadiri majelis ilmu juga termasuk bagian dari ibadah wajib yang tak boleh diabaikan.
Setelah kewajiban-kewajiban ini terpenuhi, kita dapat menyempurnakan ibadah dengan amalan-amalan sunah. Dalam lanjutan hadis qudsi tersebut, Allah Ta’ala menyebutkan:
“Hamba-Ku terus mendekat kepada-Ku dengan amalan sunah hingga Aku mencintainya. Bila Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya, penglihatannya, tangannya, dan kakinya. Bila ia meminta kepada-Ku, pasti Aku beri; bila ia meminta perlindungan, pasti Aku lindungi.” (HR. Bukhari No. 6502)
Berpuasa Selama Sembilan Hari Pertama
Salah satu amalan sunah yang sangat dianjurkan pada 10 hari pertama bulan Zulhijah adalah puasa, khususnya di sembilan hari pertamanya. Hal ini diperkuat dengan praktik Abdullah bin Umar RA serta pendapat mayoritas ulama yang menyatakan keutamaan puasa pada hari-hari tersebut (Lathaif Al-Ma’arif, hal. 522).
Hari yang paling utama untuk berpuasa adalah tanggal 9 Zulhijah, yaitu hari Arafah. Sebagian istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam meriwayatkan bahwa beliau berpuasa pada hari-hari ini:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam biasa berpuasa pada sembilan Zulhijah, hari Asyura, tiga hari setiap bulan, serta hari Senin dan Kamis pada awal bulan.” (HR. Abu Dawud, An-Nasa’i, dan Ahmad)
Nabi juga bersabda mengenai keutamaan puasa Arafah,
“Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar bisa menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun sesudahnya.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Memperbanyak Takbir dan Dzikir
Allah berfirman dalam Al-Qur’an,
“Agar mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan.” (QS. Al-Hajj: 28)
Dan Nabi SAW bersabda,
“Tidak ada hari yang lebih agung di sisi Allah dan lebih dicintai untuk beramal dibandingkan dengan sepuluh hari pertama Zulhijah. Maka, perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya.” (HR. Ahmad No. 5446)
Para ulama terdahulu seperti Said bin Jubair, Mujahid, dan Abdurrahman bin Abi Laila biasa bertakbir di pasar selama hari-hari ini, hingga suasana pasar dipenuhi dengan gema takbir. Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah pun melakukan hal yang sama.
***
Menghidupkan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dengan amal-amal kebaikan adalah bentuk rasa syukur kita atas kesempatan berharga yang Allah berikan. Meski tampak sederhana, setiap ibadah yang dilakukan dengan ikhlas pada hari-hari ini memiliki nilai yang luar biasa di sisi-Nya.
Maka, mari manfaatkan waktu yang terbatas ini sebaik-baiknya dengan memperbanyak ibadah, memperbaiki diri, dan mendekatkan hati kepada Allah Ta’ala, agar kita termasuk hamba-hamba yang mendapatkan rahmat dan ampunan-Nya.[]