
Meluruskan Sejarah: Benih Islam di Nusantara Lebih Awal dari yang Kita Sangka
Seringkali muncul pertanyaan mengenai kapan Islam masuk ke Indonesia. Jawaban yang umum kita dengar seringkali menunjuk pada abad ke-13 Masehi. Namun, sumber-sumber sejarah yang lebih dalam menunjukkan bahwa Islam telah masuk ke Nusantara jauh lebih awal, yakni pada abad ke-7 Masehi.
Buya Hamka, misalnya, berdasarkan catatan Dinasti Tang, menemukan bukti keberadaan permukiman pedagang Muslim di pantai barat Sumatera sekitar tahun 800-an. Penemuan arkeologis lain, seperti makam Fatimah binti Maimun di Gresik yang bertuliskan tahun 1082 Masehi, serta mata uang gobog Majapahit dengan tulisan syahadat (beredar abad ke-13/14), turut mengindikasikan keberadaan Islam yang signifikan sebelum abad ke-13.
Dengan demikian, abad ke-13 Masehi yang seringkali disebut sebagai “awal masuknya Islam” sejatinya adalah periode di mana Islam mulai tumbuh besar dan menjadi agama mayoritas serta kekuatan politik yang dominan. Perkembangan pesat ini tidak lepas dari perjuangan terencana para Walisongo. Mereka adalah sebuah dewan yang anggotanya saling menggantikan, bukan semata sembilan individu yang statis. Strategi dakwah mereka tidak hanya spiritual, tetapi juga memberikan solusi nyata bagi kebutuhan rakyat, seperti Maulana Malik Ibrahim yang dikenal sebagai ahli pengairan di tengah paceklik yang melanda Majapahit saat itu.
Puncak dari perjuangan dakwah Walisongo adalah berdirinya Kesultanan Demak, kesultanan Islam pertama di Nusantara. Yang menarik, Demak bukanlah entitas kecil yang berdiri sendiri. Pada tahun 1479 Masehi, Sultan Muhammad I dari Kekhalifahan Turki Usmani secara resmi mengukuhkan Raden Patah sebagai Sultan Demak, bahkan menyerahkan bendera bertuliskan syahadat sebagai tanda koneksi ini. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa Kesultanan Demak, Nusantara adalah bagian dari kekuasaan Islam global yang jauh lebih besar daripada masa kejayaan Majapahit. Kesultanan ini secara sadar menerapkan syariat Islam, sebagaimana dibuktikan oleh kanun (undang-undang dasar) yang disusun oleh Sunan Bonang dan sistem peradilan yang terintegrasi di masjid-masjid seperti Masjid Pathok Negoro di Mataram.
Narasi sejarah kebesaran Islam di Nusantara ini seringkali sengaja dipotong oleh pihak Barat, yang berupaya menghilangkan jejak Islam dan mengubah perjuangan jihad menjadi sekadar “perang kesukuan”. Mempelajari sejarah yang sebenarnya ini sangat penting untuk memahami akar kesadaran kolektif kita hari ini dan mewarisi perjuangan luhur para pendahulu yang bertujuan menegakkan syariat Islam.[]
Simak selengkapnya diskursus seputar isi artikel di atas di: