
Oleh : Sugiyatno, Praktisi Kampus
Kehidupan mahasiswa penuh tantangan potensial mengikis ketaqwaan.
Realitas saat ini harus diakui bahwa proses untuk bisa menyandang status mahasiswa penuh dengan dinamika dan perjuangan. Pasalnya para pendaftar mahasiswa baru mayoritas memiliki ambisi untuk lolos seleksi nasional di kampus-kampus negeri. Ujian seleksi masuk perguruan tinggi negeri yang diselenggarakan secara nasional saat ini dikategorikan menjadi 2 jalur yaitu seleksi nasional berbasis prestasi (SNBP) dan seleksi nasional berbasis tes (SNBT). Masing – masing jalur memiliki kriteria tersendiri yang harus dipenuhi oleh para calon mahasiswa.
Masih hangat di benak publik pengumuman hasil SNBT yang direlease oleh Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) akhir bulan lalu tepatnya 28 Mei 2025. Sebagaimana diberitakan oleh Antara News (27 Mei 2025) tepat sehari menjelang pengumuman, Panitia SNPMB melaporkan sebanyak 253.421 peserta dinyatakan lulus pada SNBT tahun 2025 ini. Dalam proses seleksi ini diketahui keketatan pendaftar dan diterima sebesar 29,43 persen.
Sebuah kepuasan tersendiri tentu dirasakan para peserta yang dinyatakan lolos seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Mereka akan bangga menyandang status barunya sebagai mahasiswa. Apalagi bisa dipastikan status mereka kuliah di kampus negeri yang dominan menjadi favorite di masyarakat.
Rasa bangga dan puas berhasil masuk kuliah di kampus idaman menjadi salah satu titik awal dalam dinamika kehidupan sebagai mahasiswa. Sebagian dari mereka mungkin ada yang terpaksa harus meninggalkan kampung halaman karena lokasi kampus di luar kota. Kehidupan baru tentu akan menjadi tantangan tersendiri yang harus mereka hadapi. Bisa jadi pula sebagian mereka masih tetap menjalani rutinitas kuliah tanpa harus merantau meninggalkan keluarga.
Pola kehidupan mahasiswa sesuai dinamika dan latar belakang berbeda tentu akan menghasilkan beragam cerita. Dinamika kehidupan mahasiswa saat ini semakin penuh tantangan seiring dengan perkembangan zaman. Mahasiswa yang tinggal dekat dengan keluarga dan yang jauh tentu memiliki variasi yang berbeda pula.
Sentuhan keluarga dalam mengisi kehidupan harian mahasiswa dapat menjadi faktor kaitannya dalam pembentukan pribadi bertaqwa. Meskipun latar belakang keluarga bisa juga menjadi unsur pengecualian. Keluarga yang terbiasa mendidik anak dengan mengarahkan pada ketaqwaan tentu akan menghasilkan output yang baik. Suasana hubungan emosional dan komunikasi intens dengan keluarga memiliki andil dalam membentuk karakter seorang mahasiswa.
Tema ketaqwaan bagi mahasiswa sekarang ini menarik untuk dibahas mengingat arus modernisasi yang pesat realitasnya berpengaruh terhadap karakter personal. Mahasiswa dengan kategori kelompok usia yang masih dalam proses mencari dan belajar bagaimana memperoleh format ideal dari sebuah kehidupan.
Jika dicermati secara usia, mayoritas mahasiswa aktif saat ini diisi oleh kelompok generasi Z atau lebih dikenal dengan sebutan “Gen Z”. Konon penyebutan ini mendasarkan pada hasil penelitian yang dirilis oleh lembaga Pew Research Center di tahun 2019 yang akhirnya viral sebutan Gen Z ini. Mereka lahir antara tahun 1997 sampai dengan 2012 yang saat ini masih banyak berstatus sebagai mahasiswa.
Mahasiswa gen z hidup dalam kehidupan modernisasi dengan arus globalisasi informasi seolah tanpa batas. Mereka lahir ketika teknologi informasi berkembang pesat. Sejak kecil sudah terbiasa dengan internet. Interaksi mereka sudah melebihi jauh dari batas jangkauan fisiknya. Pola pergaulan bebas tidak dapat dihindari sebagai dampak globalisasi. Kenyataan ini sangat berpengaruh terhadap dinamisasi kehidupan mereka.
Jika unsur kebaikan tidak dikondisikan sedemikian rupa, maka sangat potensial ketakwaan menjadi terkikis dari kehidupan mahasiswa. Institusi keluarga menjadi unsur penting untuk berperan mengurangi dan menghalau potensi buruk tersebut.
Peran keluarga dalam menjaga ketaqwaan mahasiswa.
Dalam menangani mahasiswa gen z diperlukan pendekatan khusus yang relevan. Keluarga dari masing – masing personal mahasiswa penting untuk memahami hal ini. Keunikan mahasiswa sekarang perlu dicermati oleh setiap keluarga agar senantiasa terarah dengan baik.
Era modernisasi yang melekat pada mahasiswa gen z ibarat pisau bermata dua. Bisa jadi fenomena tersebut berujung baik atau sangat dimungkinkan kurang baik. Setiap pribadi mahasiswa terutama keluarga tentu harus menyadari dan berusaha memahami pola ini.
Arus komunikasi dan informasi yang tidak terbatas jarak dan waktu sangat dimungkinkan membuka peluang bagi mahasiswa gen z untuk berbuat baik ataupun berbuat buruk. Kebaikan dan keburukan adalah sebuah pilihan yang sangat dipengaruhi oleh pemahaman.
Takwa adalah ekspresi dari sebuah pemahaman yang merujuk pada upaya menjalankan segala perintah dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh Allah SWT. Ketakwaan bukan sesuatu yang tiba – tiba muncul atas dasar bawaan pribadi seseorang. Perwujudan takwa perlu diupayakan dari personal maupun semua pihak yang memiliki andil dalam proses mengisi dinamika kehidupan.
Kehadiran keluarga dalam mengkondisikan taqwa bagi seorang mahasiswa hari ini sangat diperlukan. Banyak tantangan dan masalah kehidupan yang ditemui mahasiswa. Jika mereka dibiarkan merumuskan sendiri pola penyelesaian masalah tanpa kehadiran keluarga, maka resiko keburukan yang akan muncul tentu mengkhawatirkan.
Keluarga adalah institusi kecil yang paling berperan dalam merawat para anggotanya agar tetap dalam kondisi baik. Kebahagiaan dan keharmonisan kehidupan keluarga mampu menghasilkan energi kebaikan sehingga dapat menguatkan setiap personal mampu mengarungi problematika hidup.
Fakta saat ini kehidupan masyarakat terhiasi oleh arus kehidupan sekuler yang jelas sangat berbahaya. Pemisahan pengaruh agama dari urusan kehidupan dapat mengancam eksistensi suasana ketakwaan seseorang. Terlebih mahasiswa gen z yang umumnya berkarakter instan, cepat bosan, mudah terpengaruhi oleh gaya hidup sekuler.
Upaya preventif keluarga perlu dilakukan agar para mahasiswa dapat terkondisikan dalam suasana ketaqwaan. Nasehat taqwa tidak boleh terlewatkan dan harus diberikan secara periodik. Pihak keluarga harus mampu menghadirkan suasana taqwa dengan cara apapun yang memungkinkan.
Bagi mahasiswa yang tinggal bersama keluarga setiap hari, upaya penjagaan suasana taqwa bisa jadi lebih mudah dilakukan. Keluarga dapat mengontrol aktivitas harian karena bertemu langsung. Nasehat dan mengingatkan taqwa agar amalan ibadah harian yang wajib tidak tertinggal dan mengoptimalkan ibadah sunnah.
Bagi keluarga yang jauh dengan aktivitas harian mahasiswa karena posisi merantau, upaya penjagaan suasana taqwa tetap harus dilakukan. Keluarga perlu intens dan rutin berkomunikasi. Dengan bahasa kasih sayang melalui pola komunikasi ini bisa menjadi reminder mahasiswa agar tetap terarah pada kebaikan. Jika dimungkinkan, sekali waktu keluarga perlu memantau dan mendatangi langsung tempat tinggal mahasiswa di lokasi rantau. Keluarga perlu juga mengenali lingkungan harian tempat tinggal mahasiswa.
Keluarga berkepentingan untuk memastikan mahasiswa aktif dalam kajian – kajian untuk membangun kesadaran dan menguatkan pemahaman keislaman. Keluarga perlu mengkonfirmasi mahasiswa terkait kegiatan apa saja di kampus selain kuliah. Konfirmasi ini penting agar dapat terdeteksi potensi pengaruh negatif yang bisa saja menyebabkan penurunan suasana ketaqwaan.
Sesungguhnya ketaqwaan bagi mahasiswa tidak serta merta untuk urusan akhirat. Keberadaan suasana taqwa dalam diri pribadi mahasiswa akan dapat berkontribusi positif dalam mendukung peningkatan prestasi. Bahkan sangat dimungkinkan suasana taqwa dapat mendekatkan pada pencapaian realisasi cita – cita duniawi.
Sesungguhnya Allah SWT maha menguasai atas segala sesuatu. Setiap muslim tentu meyakini bahwa jika dekat dengan Allah, maka kemungkinan terkabul cita-cita dan harapan semakin berpeluang diperoleh. Seorang hamba harus senantiasa berupaya mendekatkan diri kepada-Nya. Taqwa adalah wujud nyata upaya mendekat kepada-Nya.
Nasehat Taqwa yang berorientasi jangka panjang.
Sesungguhnya nasehat taqwa secara langsung Allah telah memerintahkan sebagaimana seruan di Al Qur’an pada surat Al-Hasyr ayat 18 yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” Selanjutnya pada ayat 19 dinyatakan : “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.”
Berpedoman dari ayat di atas, sedianya para mahasiswa beserta keluarga perlu merenungkan. Setiap aktivitas yang dikerjakan di dunia ini kelak akan memperoleh imbalannya di akhirat. Nasehat ini sangat visioner karena memiliki cara pandang masa depan. Setiap apa yang dikerjakan sekarang perlu dievaluasi. Aktivitas yang baik yaitu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Para mahasiswa beserta keluarga tidak boleh lupa bahwa tujuan hidup di dunia ini adalah dalam rangka untuk mengabdi kepada Allah SWT. Sebagai seorang muslim patut waspada setiap saat dan diupayakan agar tidak lupa untuk mendekat kepada Allah SWT. Demikianlah esensi taqwa.
Alhasil, upaya keluarga dalam menjaga ketaqwaan mahasiswa bukan hanya sekedar perlu, tetapi justru harus diupayakan secara maksimal sebagai garansi untuk mengantarkan pada keberhasilan belajar di kampus.
Dengan memiliki bekal taqwa yang cukup yang bermula dari keluarga, seorang mahasiswa potensial dapat lebih produktif dari sisi prestasi, capaian hasil belajar dan memperkuat semangat keimanannya.
Upaya pihak keluarga untuk menjaga suasana taqwa terhadap anggotanya yang masih mahasiswa dapat dikategorikan amal shalih. Perlunya penjagaan taqwa ini tentu dibangun dengan penuh rasa tanggung jawab serta optimisme supaya keluarga seluruhnya dapat terhindar dari api neraka. Sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS. At-Tahrim: 6)
Keluarga yang senantiasa menjaga suasana ketaqwaan juga bermanfaat melatih mahasiswa agar tumbuh sebagai insan yang profesional. Wallahu a’lam bi ash-shawab.