
Strategi Perang Ahzab: Ketangguhan Kaum Muslim Menghadapi Koalisi Musuh
Perang Khandaq atau Perang Ahzab merupakan salah satu peristiwa besar dalam sejarah perjuangan umat Islam yang terjadi pada tahun ke-5 Hijriyah. Dalam perang ini, kaum Muslim di bawah kepemimpinan Rasulullah ﷺ menghadapi ancaman serius dari koalisi besar yang terdiri dari Quraisy, Yahudi, dan berbagai suku Arab lainnya. Strategi yang jitu, keimanan yang teguh, dan kepemimpinan yang luar biasa menjadikan perang ini sebagai momentum penting dalam sejarah dakwah Islam.
Latar Belakang Terjadinya Perang
Perang ini bermula dari dendam lama berbagai pihak terhadap Rasulullah ﷺ. Yahudi Bani Nadhir yang pernah diusir karena pengkhianatan, menjadi provokator utama dengan melobi Quraisy dan suku Ghathafan untuk membentuk aliansi menyerang Madinah. Quraisy pun mengobarkan dendam setelah kekalahan mereka di Perang Badr dan ketakutan pasca-Uhud. Suku Ghathafan yang sebelumnya pernah diserang karena rencana makar juga turut bergabung. Maka terkumpullah pasukan Ahzab, gabungan musuh-musuh Islam yang mencapai sekitar 10.000 orang.
Strategi Pertahanan Rasulullah ﷺ
Mengetahui ancaman serius tersebut, Rasulullah ﷺ bermusyawarah dengan para sahabat. Salman Al-Farisi mengusulkan strategi menggali parit (khandaq) di pintu masuk Madinah. Parit tersebut memiliki panjang sekitar 5 km, lebar 5 meter dan kedalaman 3 meter, sehingga mustahil dilalui oleh pasukan berkuda musuh.
Rasulullah ﷺ dan para sahabat sendiri turun tangan menggali parit dalam cuaca dingin dan kondisi paceklik. Para sahabat menahan lapar dengan mengganjal perut dengan batu, dan Rasulullah ﷺ bahkan mengganjal perutnya dengan dua batu. Meskipun dalam keterbatasan, semangat jihad dan solidaritas luar biasa menjadikan mereka teguh menghadapi tantangan.
Keajaiban di Tengah Keterbatasan
Di tengah krisis makanan, Jabir bin Abdullah mengundang Rasulullah ﷺ dengan sedikit makanan. Namun Rasulullah ﷺ justru mengajak seluruh pasukan. Berkat doa beliau, makanan yang sedikit itu mencukupi untuk 1000 orang. Bahkan kurma segenggam yang dibawa anak kecil pun menjadi berlimpah setelah disentuh oleh Rasulullah ﷺ. Kejadian ini menjadi mu’jizat nyata yang semakin meneguhkan iman para sahabat.
Rasulullah ﷺ juga memberikan bisyarah bahwa Syam, Persia, dan Yaman akan takluk di bawah Islam. Bisyarah ini bukan hanya janji kemenangan masa depan, namun penguat semangat di tengah tekanan besar saat itu.
Strategi Politik dan Intelijen Rasulullah ﷺ
Menghadapi kekuatan besar, Rasulullah ﷺ juga menggunakan kecerdasan politik. Beliau berencana memberikan sepertiga hasil panen kurma kepada Ghathafan agar mundur, namun para sahabat Anshar menolak dengan penuh izzah, memilih bertawakkal kepada Allah. Di sisi lain, Nu’aim bin Mas’ud dari Ghathafan masuk Islam secara rahasia dan menjalankan strategi adu domba antara koalisi musuh. Hasilnya, terjadi saling curiga antara Bani Quraizhah dan Quraisy, hingga koalisi itu pecah dengan sendirinya.
Kemenangan Berkat Doa dan Keteguhan
Setelah pengepungan 27 hari, Allah SWT mengirimkan angin taufan yang menghancurkan tenda-tenda musuh dan memaksa mereka mundur. Rasulullah ﷺ mengirim Hudzaifah untuk memastikan hal itu. Maka berakhirlah perang besar ini tanpa pertempuran frontal, namun dengan strategi dan pertolongan Allah yang luar biasa.
Hikmah Perang Khandaq
- Strategi dan Musyawarah: Rasulullah ﷺ selalu melibatkan sahabat dalam musyawarah, bahkan menerima ide dari Salman yang berasal dari Persia. Ini menunjukkan pentingnya inklusivitas dan keterbukaan dalam kepemimpinan.
- Keteladanan Pemimpin: Rasulullah ﷺ tidak hanya memerintah, tetapi juga bekerja bersama rakyatnya. Beliau menggali parit, menanggung lapar, dan memberi semangat dengan senandung penuh iman.
- Keimanan yang Menguat: Pengepungan panjang tidak melemahkan iman, justru mengokohkan keyakinan bahwa janji Allah pasti datang.
- Peran Wanita Muslimah: Shafiyyah binti Abdul Muthalib menunjukkan ketegasan luar biasa dalam membela komunitas Muslimin saat tidak ada perlindungan.
- Mu’jizat dan Bisyarah: Makanan yang diberkahi dan bisyarah penaklukan menjadi bukti bahwa kemenangan bukan sekadar fisik, tetapi buah dari keimanan.
- Pentingnya Intelijen: Peran Nu’aim bin Mas’ud menunjukkan bahwa strategi informasi dan diplomasi bisa menjadi penentu dalam pertempuran besar.
***
Perang Khandaq adalah pelajaran abadi bahwa kemenangan diraih bukan hanya dengan kekuatan, tetapi dengan iman, ilmu, strategi, dan keteguhan. Semoga umat Islam hari ini dapat mengambil pelajaran dari peristiwa ini dalam menghadapi tantangan zaman dengan semangat ukhuwah dan kesungguhan dalam menegakkan kebenaran.[]
Disarikan dari kajian dengan tema tersebut di NSTV: