
Sebagai seorang Muslim, salah satu kewajiban kita adalah menolong agama Allah SWT. Selain menjalankan ibadah ritual, kita juga diwajibkan untuk berkontribusi dalam memperjuangkan dan menjaga agama Allah. Sejak awal, Nabi Muhammad SAW mengajak orang-orang untuk masuk Islam dan bersama-sama memperjuangkan agama Allah. Ini terlihat dalam sejarah, ketika para sahabat tidak hanya menjalankan ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi juga berdakwah dan berjihad untuk memperjuangkan Islam. Mereka berjuang tanpa kenal lelah di Mekah selama 13 tahun dan terus berdakwah dan berjihad setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah. Para sahabat ini adalah teladan bagi setiap Muslim, yang tidak hanya sibuk dengan ibadah ritual, tetapi juga aktif dalam menolong agama Allah.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Surah Muhammad ayat 47:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
Tafsir Imam At-Thabari menyebutkan bahwa ayat ini ditujukan kepada orang-orang yang beriman dengan keimanan yang lurus dan yakin. Mereka harus menolong Nabi Muhammad SAW dengan pertolongan dari orang-orang yang beriman. Dengan demikian, risalah Nabi akan tegak di muka bumi dan mengalahkan musuh-musuhnya dari kalangan orang kafir yang selalu berusaha menghalangi dakwah dan melakukan permusuhan terhadap Nabi SAW, baik secara psikis maupun fisik.
Pertolongan Allah dan Kemenangan Umat Islam
Bagi siapa saja yang menolong agama Allah, Allah juga akan menolong mereka. Menurut Imam At-Thabari, Allah memiliki hak untuk memberikan apa pun kepada siapa pun yang meminta-Nya, dan Allah juga memiliki hak untuk menolong mereka yang menolong agama-Nya. Jika kita ingin ditolong Allah dalam urusan apa pun, kita harus terlebih dahulu menolong agama Allah.
Sejarah telah membuktikan bahwa dengan pertolongan Allah, kemenangan ada di tangan umat Islam, meskipun pasukan Muslim jauh lebih sedikit dibandingkan pasukan kafir. Misalnya, dalam Perang Tabuk, umat Islam hanya memiliki 30.000 pasukan, sementara pasukan Romawi mencapai 300.000. Namun, dengan pertolongan Allah, kemenangan berpihak kepada umat Islam. Oleh karena itu, kita tidak boleh ragu ketika menolong agama Allah, karena Allah pasti akan menolong kita.
Target Menolong Agama Allah
Target dari menolong agama Allah adalah agar agama Allah tetap tinggi dan tidak ada yang menyamainya. Namun, hari ini, Islam dan kaum Muslimin tampak terpuruk, menjadi korban dari keganasan orang-orang kafir, difitnah, dan diberikan tuduhan-tuduhan seperti radikalisme dan terorisme hanya karena mereka konsisten dengan ketaatan kepada Allah dalam menyerukan Islam. Kondisi ini harus menjadi pendorong bagi setiap Muslim yang memiliki keimanan yang lurus dan benar untuk bergerak dan menolong agama Allah.
Kehilangan Khilafah dan Dampaknya
Setelah runtuhnya Khilafah, umat Islam menjadi lebih rentan terhadap penjajahan, baik secara fisik maupun ekonomi, sosial, dan peraturan. Banyak negeri Islam yang sekarang berada di bawah dominasi penjajahan, meskipun tidak secara fisik, tetapi berbentuk penjajahan ekonomi dan sosial. Keruntuhan Khilafah telah membuat umat Islam menjadi barang mainan orang-orang kafir, sesuatu yang tidak pernah terjadi selama Khilafah berdiri selama 13 abad lebih.
Kewajiban Khilafah dan Perjuangan untuk Mengembalikannya
Banyak dalil yang menyatakan tentang kewajiban Khilafah, dan Khilafah tidak akan tegak kembali kecuali melalui perjuangan. Khilafah adalah institusi pelindung umat yang selalu menjaga umat dari rongrongan orang kafir. Tanpa keterlibatan umat Islam, akan sulit mengembalikan Khilafah. Tegaknya Khilafah adalah bukti nyata dalam membela agama Allah dan menegakkan agama Islam. Tanpa Khilafah, umat Islam tidak akan bisa menerapkan Islam secara totalitas. Oleh karena itu, tugas kita adalah mengerahkan seluruh potensi dalam diri kita untuk berjuang menegakkan Khilafah, yang akan menerapkan seluruh syariat Allah SWT.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an, Surah Ash-Shaff ayat 14:
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, ‘Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?’ Pengikut-pengikutnya yang setia itu berkata, ‘Kamilah penolong-penolong (agama) Allah.’ Lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; lalu Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang menang.”
Ini adalah sikap seorang Muslim seharusnya. Mereka harus berani dan tanpa ragu ketika dihadapkan dengan ancaman. Ancaman dan gangguan adalah sunnah Allah, dan tidak mungkin dakwah ini tidak dihadapkan dengan tantangan. Sejarah telah membuktikan bahwa para Nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW dan para sahabat, selalu menghadapi gangguan karena mereka membawa risalah Islam yang bertentangan dengan keyakinan, adat istiadat, dan tradisi bangsa Arab Mekah pada waktu itu.
Hari ini, kita memiliki tugas untuk memperjuangkan Islam sebagai ideologi, bukan hanya sebagai agama ritual. Jika Islam diemban sebagai ideologi dan sistem, maka akan bertentangan dengan ideologi dan sistem yang ada saat ini, dan orang-orang kafir, pengusung kapitalisme sekuler, tidak akan rela. Mereka akan terus berusaha untuk menghentikan dakwah.
Risiko terbesar bagi pengemban dakwah adalah kematian, tetapi kematian di jalan dakwah adalah kematian yang mulia di hadapan Allah SWT, sedangkan kematian orang kafir atau penentang dakwah adalah kematian yang pasti hina di hadapan Allah SWT. Wallahu ‘alam bishawab.[]