
Sejarah Yahudi dan Nasrani di Jazirah Arab – Bagian 2
Agama Nasrani di Jazirah Arab
Nasrani merujuk pada pengikut Nabi Isa AS, yang ditekankan dalam firman Allah SWT,
“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil), berkatalah dia: ‘Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?’ Para Hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: ‘Kami lah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri.’” (QS. Ali ‘Imran [3]:52)
Dari silsilah keturunan, Nabi Isa AS berasal dari keturunan terakhir Bani Israil. Imran adalah orang shaleh yang mengabdi di Baitul Maqdis, dan Allah SWT memberikan anak perempuannya, Maryam, yang kemudian ditempatkan sebagai pelayan di Baitul Maqdis. Setelah wafatnya Imran, Maryam diasuh oleh Nabi Zakariya. Maryam dikaruniai anak, Nabi Isa, sementara Nabi Zakariya, yang sudah tua, belum dikaruniai anak hingga Allah memberikan kabar bahwa akan lahir anak bernama Yahya. Nabi Isa dan Nabi Yahya adalah sahabat sekaligus saudara sejati.
Kekacauan Politik di Yaman
Mimpi Rabi’ah bin Nashr
Rabi’ah bin Nashr, seorang raja Yaman, bermimpi melihat sesuatu yang menakutkan. Dalam mimpi tersebut, dia melihat sebuah gumpalan hitam keluar dari tempat gelap dan jatuh ke tanah yang datar, melahap semua makhluk hidup. Dukun Syathih memprediksi bahwa orang-orang Habsyi akan menguasai daerah antara Abyan dan Juras. Dukun juga menyebut bahwa kekuasaan mereka akan berlangsung sekitar 70 tahun, setelah itu mereka akan dibunuh dan lari dengan terbirit-birit. Syathih menambahkan bahwa orang yang akan mengakhiri kekuasaan Habsyi adalah seorang nabi yang suci, yang diutus dengan wahyu dari Dzat Yang Maha Tinggi.
Tabban As’ad
Tabban As’ad, anak dari keturunan Rabi’ah bin Nashr, membangun suku sendiri dengan julukan “Tubba’.” Tabban memiliki jiwa perdagangan yang kuat. Suatu waktu, Tabban mampir ke Yatsrib (Madinah) karena banyak kebun kurma di sana. Namun, anaknya berselisih dengan penduduk Yatsrib hingga tewas. Tabban marah dan mengerahkan pasukan untuk berperang dengan penduduk Yatsrib. Namun, seiring waktu, Tabban kagum dengan penduduk Yatsrib, yang selalu membantu pasukannya dengan makanan dan obat-obatan.
Penyebaran Ajaran Taurat di Yaman
Dialog dengan Pendeta Yahudi
Di tengah perang, dua pendeta Yahudi dari Syam muncul dan berdialog dengan Tabban. Mereka mengatakan bahwa kota tersebut adalah Mahjarun Nabi (tempat hijrahnya nabi), sehingga Tabban tidak bisa menghancurkannya. Setelah berdialog panjang, Tabban akhirnya meyakini ajaran Taurat. Tabban kemudian mengajak pendeta Yahudi tersebut ke Yaman untuk menyebarkan ajaran Taurat.
Kekuasaan Taurat di Yaman
Ketika Tabban kembali ke Yaman, dia memerintahkan semua rakyatnya untuk mengimani Taurat. Namun, rakyat Yaman, yang beragama Majusi, tidak setuju. Mereka mengadakan penghakiman dengan api, dan akhirnya semua pendeta Majusi mati dibakar. Rakyat Yaman kemudian meyakini ajaran Taurat.
Peristiwa Kekacauan Politik di Yaman
Kematian Tabban As’ad
Tabban As’ad meninggal, dan anaknya, Hassan, menjadi raja. Hassan, yang sombong, ingin menaklukkan dunia. Dia bertanya negara mana yang paling kuat, dan dijawab bahwa Persia adalah yang paling kuat. Hassan berangkat menuju Persia, tetapi pengikutnya ragu bisa mengalahkan Persia. Akhirnya, Hassan dibunuh oleh adiknya, Amr, yang kemudian menjadi raja. Setelah membunuh kakaknya, Amr gelisah berbulan-bulan, dihantui perasaan bersalah. Akhirnya, Amr meninggal, dan politik Yaman terjadi kekacauan. Dua tahun kemudian, perampok jalanan, Khunai’a Dzi Syanatiq, menyerang istana dan menjadi raja. Dia diusir oleh Dzu Nuwas, yang kemudian menjadi raja Yaman.
Penyebaran Ajaran Injil di Yaman
Dakwah Pendeta Femeon
Pendeta Femeon, seorang pendeta Nasrani dari Syam, berdakwah di Yaman. Dalam perjalanan, dia diserang oleh perampok, ditangkap, dan dijual menjadi budak kepada seorang lelaki dari Najran (Sekarang Saudi). Di sana, Femeon rajin beribadah, dan suatu malam majikannya melihat tubuhnya bercahaya. Femeon menggunakan kesempatan tersebut untuk mendakwahi tuannya tentang ajaran Injil. Ketika majikannya menyembah pohon yang dianggap suci, Femeon berdoa agar Allah mengalahkan dewa majikannya. Tiba-tiba, petir menyambar dan membakar pohon tersebut. Melihat peristiwa itu, semua penduduk Najran mengimani Injil.
Dakwah Abdullah bin Tsabit
Pendeta Femeon meninggal, dan di Najran banyak pendeta lahir hasil didikan Femeon, di antaranya Abdullah bin Tsabit. Abdullah bin Tsabit pergi ke Yaman untuk melanjutkan misi dakwah Femeon. Di Yaman, Rajanya Dzu Nuwas, yang sebelumnya beragama Yahudi, mengaku menjadi Tuhan. Abdullah bin Tsabit bersembunyi dan menetap di sebuah gua.
Kekacauan Politik dan Penyebaran Ajaran Injil
Remaja yang Menentang Dzu Nuwas
Suatu saat, Dzu Nuwas mencari pengganti ahli sihirnya yang sudah tua. Dia memilih seorang remaja yang paling cerdik untuk mewarisi ilmu sihir kerajaan. Remaja tersebut sering mendengar rintihan Rahib Abdullah bin Tsabit dalam ibadahnya dan jatuh hati. Dia mempelajari Injil dengan Pendeta Abdullah bin Tsabit, dan akhirnya membenci sihir. Ketika remaja itu tetap dengan pendiriannya meskipun disiksa oleh Dzu Nuwas, remaja tersebut tetap selamat dari dua kali upaya pembunuhan.
Dzu Nuwas marah besar dan memerintahkan tentaranya untuk menggali sebuah lubang yang besar (Ukhdud) dan dipenuhi dengan kayu bakar dan dinyalakan api yang besar. Siapa pun yang tidak mau keluar dari agama Tauhid dilempar ke dalam api. Dengan kehendak Allah, ada seorang lelaki yang berhasil selamat, namanya Daus bin Tsa’labah. Dia berhasil melarikan diri dan pergi menemui Kaisar Romawi yang juga beragama Nasrani. Kaisar marah besar dan memerintahkan wakilnya, Najasyi, Raja Habsyah di Afrika, untuk membawa tentara dan melakukan pembalasan.
Perang dan Kekuasaan Habasyah di Yaman
Kekuasaan Habasyah
Najasyi mengirimkan tentara sebanyak 70 ribu orang, dipimpin oleh Panglima Aryath yang dibantu wakilnya, Abrahah. Tentara Aryath berhasil mengalahkan tentara Dzu Nuwas, yang melarikan diri dan akhirnya bunuh diri. Habasyah menguasai Yaman, dan Najasyi melantik Aryath menjadi Gubernur di Yaman. Namun, Aryath dzalim pada rakyat Yaman dan tentaranya sendiri. Tentara yang tidak tahan dengan sikap Aryath membelot, dipimpin oleh Abrahah.
Kekuasaan Abrahah
Abrahah menantang Aryath duel, dan Abrahah berhasil membunuh Aryath. Sebelum terbunuh, Aryath menebas pedangnya mengenai hidung Abrahah, sehingga Abrahah menjadi cacat dan diberi gelar “Abrahah al-Asyram” (Abrahah yang cacat hidungnya). Abrahah mendeklarasikan dirinya sebagai Gubernur Yaman.
Gereja Al-Qalis dan Tentara Gajah
Abrahah membangun sebuah gereja terbesar di Yaman, yang diberi nama Al-Qalis. Abrahah mengirim berita kepada Najasyi bahwa dia telah membangun gereja yang terbesar di Yaman dan memerintahkan semua kabilah Arab supaya datang berhaji ke Yaman. Namun, Ahlu an-Nasi, satu kabilah Arab yang terkenal karena sangat mengagungkan Ka’bah, datang ke Al-Qalis dan buang air besar di gereja tersebut, mengotori dindingnya.
Abrahah marah besar dan mengirimkan pasukan ber-gajah untuk meruntuhkan Ka’bah. Ketika tentara Abrahah sampai di perbatasan Mekah, mereka merampas binatang ternak penduduk Mekah, termasuk dua ratus ekor unta milik Abdul Muthallib. Abdul Muthallib, yang merupakan Raja Mekah, datang menghadap Abrahah dan berhasil meyakinkan Abrahah untuk mengembalikan binatang ternak tersebut.
Kekuasaan Persia di Yaman
Persia Menguasai Yaman
Abrahah, sebelum berangkat ke Mekkah, menunjuk anaknya, Masruk, menjadi pemimpin sementara di Yaman. Masruk mati digantikan oleh Yaksum. Di zaman Yaksum, muncul anak keturunan Dzu Nuwas, yakni Saif bin Dziyazin, yang ingin mengusir orang Afrika yang beragama Nasrani. Saif menemui Kaisar Romawi dan Kaisar Persia, tetapi keduanya menolak. Akhirnya, Saif berhasil mendapatkan dukungan dari Kaisar Persia, yang mengirim pasukan untuk membantu Saif mengusir orang Afrika. Hurmuz, pemimpin pasukan Persia, berhasil membunuh Yaksum, dan Yaman bertekuk lutut di bawah Kekaisaran Persia.
Penyebaran Islam di Yaman
Islam di Yaman
Nabi Muhammad SAW mengirim surat ke Kisra, Kaisar Persia, yang marah besar dan merobek surat tersebut. Nabi Muhammad SAW mengajak dua utusan Kisra untuk berdiskusi tentang Islam. Ketika Kisra marah, Nabi Muhammad SAW mengatakan, “Bagaimana kalau Tuhanku membunuh Tuhanmu, Kisra?” Setelah satu bulan, berita datang bahwa Kisra telah meninggal, sesuai dengan prediksi Nabi Muhammad SAW. Badzan, gubernur Yaman, dan seluruh penduduk Yaman, memeluk agama Islam.
Waraqah bin Naufal dan Zaid bin Amr
Waraqah bin Naufal dan Zaid bin Amr, dua orang yang mencari agama yang benar, akhirnya memeluk agama Nasrani. Waraqah bin Naufal kemudian menerima Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang diutus oleh Allah SWT.[]
Kajian seputar Sejarah Yahudi dan Nasrani di Jazirah Arab bagian kedua bisa disimak di: