
Ekonomi nasional ketika mengalami keseimbangan itu berarti ekonomi sehat, begitu pun sebaliknya. Ekonomi sehat adalah ekonomi seimbang. Keseimbangan pendapatan nasional biasanya dengan pendekatan pengeluaran. Disebut seimbang jika pemasukan dan pengeluaran harus sama atau seimbang; kalau tidak seimbang akan membuat kegoncangan. Ekonomi stabil itu ekonomi seimbang.
Dalam ekonomi makro ada tiga variabel utama, yaitu konsumsi, tabungan, dan investasi. Konsumsi maupun tabungan, kedua-duanya merupakan fungsi dari pendapatan. Dalam catatan semua tabungan masuk ke bank, karena di bank, uang akan dijadikan investasi. Ini adalah teori Adam Smith —yang ‘dicuri’ dari konsep Islam yang tidak memperbolehkan menimbun uang, yakni pemasukan sama dengan pengeluaran; tidak ada yang menyimpan uangnya.
Di masyarakat itu ada yang pendapatannya di atas rata-rata dan banyak yang di atas rata-rata. Jika di kota ada fenomena macet, sebenarnya yang memiliki mobil hanya 40%, tetapi 60% berada di bawah garis kemiskinan. Dalam ekonomi kapitalisme, jurang ketimpangan sangat besar. Ada yang kaya hingga memiliki tabungan triliunan tetapi tabungannya disimpan ke luar negeri. Lha bagaimana Indonesia bisa seimbang, jika para pengusaha batu bara menyimpan uangnya di bank luar negeri. Batu bara dari Indonesia, tetapi setelah laku ditabung di bank luar negeri. Ini yang menyebabkan kebocoran dan membuat ekonomi tidak seimbang dalam kaca mata kapitalisme.
Apabila masyarakat menabung tidak di bank, itu juga akan menjadi masalah dalam sistem ekonomi kapitalisme karena membuat kebocoran. Oleh karena itu, jika para pengusaha dalam negeri tidak menabung di bank dalam negeri ini bisa membuat kondisi ekonomi tidak seimbang. Seharusnya, mereka menabung di bank dalam negeri. Hanya saja mereka para pengusaha memang punya pertimbangan sendiri ketika menyimpan asetnya di luar negeri.[] Ika Mawarningtyas
Disarikan dari Politik Ekonomi Islam Bagian 6: