
Nabi Muhammad SAW dalam Pengasuhan Abu Thalib
Pengasuhan Abu Thalib
Setelah wafatnya Abdul Muthallib, sang kakek, Nabi Muhammad SAW diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Meskipun bukan anak tertua dari Abdul Muthallib, Abu Thalib dipercaya karena memiliki tanggung jawab besar dan kasih sayang yang mendalam terhadap Nabi Muhammad SAW.
Abu Thalib (539-619 M) adalah anak dari Abdul Muthallib. Nama aslinya adalah Abdul Manaf, dan istrinya adalah Fathimah binti Asad. Meskipun bukan anak kandung, Abu Thalib dan istrinya sangat menyayangi Nabi Muhammad SAW. Sejak kecil, Nabi Muhammad SAW sering tidur di samping Abu Thalib, dan di mana pun Abu Thalib pergi, Nabi Muhammad SAW selalu ikut dan diajak.
Abu Thalib mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang laki-laki dengan akhlak yang mulia. Nabi Muhammad SAW tidak pernah berbohong, berjudi, minum arak, atau menyembah berhala. Dalam doanya, Fathimah binti Asad berdoa kepada Allah untuk memberikan mereka seorang anak lelaki yang tampan dan baik, seperti Nabi Muhammad SAW. Atas izin Allah, Abu Thalib akhirnya dikaruniai seorang putra, Ali bin Abi Thalib, yang memiliki karakter mirip dengan Nabi Muhammad SAW. Ali bin Abi Thalib kemudian diasuh oleh Nabi Muhammad SAW.
Masa Asuhan Abu Thalib (Usia 8-25 Tahun)
Nabi Muhammad SAW diasuh dan diawasi oleh Abu Thalib dari usia 8 hingga 25 tahun. Abu Thalib adalah seorang tokoh yang dihormati dan memiliki wibawa di kalangan Quraisy. Nabi Muhammad SAW juga diberi amanah untuk menggembala kambing. Pekerjaan menggembala kambing adalah salah satu tradisi dan sumber penghasilan di Mekkah. Nabi Muhammad SAW menggembala kambing sejak usia 8 hingga 21 tahun untuk membantu keuangan pamannya, Abu Thalib.
Hikmah Menggembala Kambing
Dalam sabda Nabi Muhammad SAW, “Tidak ada Nabi kecuali pernah menjadi penggembala kambing.” Nabi Muhammad SAW menggembala kambing sejak usia muda, dan ini memiliki hikmah-hikmah penting:
- Menumbuhkan Leadership: Menggembala kambing membutuhkan kemampuan untuk mengatur dan mengatur arah kambing.
- Menumbuhkan Tanggung Jawab: Menggembala kambing mengajarkan tanggung jawab, karena kambing adalah amanah yang harus dijaga dan dirawat dengan baik.
- Mengasah Manajemen: Menggembala kambing mengajarkan manajemen, terutama dalam mencari tempat-tempat yang memiliki rumput untuk kambing.
- Menempa Kesabaran: Menggembala kambing membutuhkan kesabaran, terutama dalam menghadapi cuaca panas dan lelah.
- Menumbuhkan Sifat Penyayang: Menggembala kambing mengajarkan rasa sayang dan perhatian terhadap hewan.
- Mengasah Jiwa Pengayom: Menggembala kambing mengajarkan untuk menjadi pengayom dan pelindung, melindungi kambing dari bahaya.
Kesaksian Abu Thalib
Abu Thalib mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang laki-laki dengan akhlak yang mulia. Nabi Muhammad SAW tidak pernah berbohong, berjudi, minum arak, atau menyembah berhala. Abu Thalib sering mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah seorang laki-laki yang selalu bangun dalam kondisi rapi, rambutnya tersisir, dan matanya bersih.
Peristiwa Kekeringan
Ketika Mekkah mengalami kekeringan, Abu Thalib keluar bersama Nabi Muhammad SAW. Abu Thalib memegang Nabi Muhammad SAW dan menempelkannya ke dinding Ka’bah. Langit yang tadinya bersih mendung dan menurunkan hujan yang deras, sehingga lembah terairi dan ladang menjadi subur.
Kesaksian Rahib Buhaira
Ketika Nabi Muhammad SAW berusia 12 tahun, dia ikut Abu Thalib dalam kafilah dagang menuju Syam. Kafilah tersebut melewati Kuil Buhaira di Busra. Rahib Buhaira, yang takjub dengan Nabi Muhammad SAW, melihat bahwa awan selalu memayungi Nabi Muhammad SAW, dan pohon-pohon serta bebatuan merunduk sujud. Rahib Buhaira memeriksa Nabi Muhammad SAW dan menemukan tanda-tanda kenabian di punggungnya. Rahib Buhaira memberi tahu Abu Thalib bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang ditunggu-tunggu, dan dia harus segera dibawa pulang ke Mekkah.
Hikmah Melintasi Berbagai Bangsa
Melalui perjalanan dari Mekkah ke Busra (Syam), Nabi Muhammad SAW mendapatkan pengalaman langsung tentang masyarakat, budaya, alam, dan hasil kreasi dari berbagai negeri. Ini membantu Nabi Muhammad SAW memperluas cakrawala dan wawasannya, sehingga dia dapat menjadi pemimpin yang berwawasan global dan rahmat bagi semesta alam.
Terlibat dalam Perang Fijjar
Perang Fijjar terjadi ketika Nabi Muhammad SAW berusia sekitar 15-20 tahun. Perang ini pecah karena Barradz bin Qais dari Bani Kinanah membunuh Urwah Ar Rahhal bin Utba dari Bani Hawazin hanya karena kecemburuan. Bani Hawazin mengumumkan perang terhadap Quraisy untuk membalas kematian Urwah. Nabi Muhammad SAW pertama kali bertugas memunguti anak-anak panah lawan dan memberikannya kepada pamannya untuk balas ditembakkan. Pada tahun-tahun berikutnya, Nabi Muhammad SAW juga ikut menembakkan panah ke arah lawan. Perang ini membantu Nabi Muhammad SAW diasah mental dan kesiapan membela diri serta melihat pola masyarakat jahiliyah.
Terlibat dalam Hilful Fudhul
Hilful Fudhul adalah sebuah perjanjian yang diadakan oleh tokoh-tokoh Quraisy untuk melawan kezaliman di Mekkah. Perjanjian ini terjadi ketika seorang pedagang dari Yaman tidak dibayar oleh Al ‘Ash bin Wa’il As Sahm. Nabi Muhammad SAW menghadiri perjanjian ini di rumah Abdullah bin Jud’an dan mengakui bahwa perjanjian ini adalah yang paling dicintainya selain unta merah.
Memantapkan Gelar Al-Amin
Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai orang yang sangat amanah dan dipercaya. Suatu hari, seseorang membeli dagangan Nabi Muhammad SAW dengan tunai, tetapi meminta untuk menitipkan barangnya hingga setelah thawaf. Ketika orang tersebut kembali tiga hari kemudian, dia kaget melihat bahwa Nabi Muhammad SAW masih menunggu. Kejujuran dan keamanahan Nabi Muhammad SAW semakin memantapkan gelar Al-Amin.
Kesaksian Rahib Nasthuro
Rahib Nasthuro menyaksikan kejujuran Nabi Muhammad SAW ketika dia beristirahat di bawah pohon di dekat tempat ibadah Rahib Nasthuro. Rahib Nasthuro mengatakan bahwa tidak seorang pun yang beristirahat di bawah pohon itu kecuali dia seorang Nabi.
Kepribadian Muhammad SAW Memikat Hati Khadijah RA
Khadijah RA adalah seorang saudagar kaya raya yang cantik. Nabi Muhammad SAW memikat hatinya setelah mengelola bisnisnya ke Syam dan kembali dengan hasil yang berlimpah. Khadijah RA menyampaikan keinginannya untuk menikah dengan Nabi Muhammad SAW melalui teman wanitanya, Nafisah binti Munayyah. Nafisah binti Munayyah menyampaikan keinginan Khadijah ra kepada Nabi Muhammad SAW, dan Nabi Muhammad SAW tidak menolaknya. Pernikahan terjadi dua bulan setelah Nabi Muhammad SAW kembali dari Syam, ketika usia Nabi Muhammad SAW 25 tahun dan Khadijah RA 40 tahun. Maharnya adalah 20 ekor unta muda.
Peran Muhammad SAW dalam Renovasi Ka’bah
Lima tahun sebelum kenabian, Mekkah dilanda banjir yang menyebabkan Ka’bah terendam dan rusak. Quraisy bimbang apakah harus merenovasi atau membiarkannya. Walid bin Mughirah mengawali perobohan bangunan Ka’bah, dan setelah melihat tidak terjadi apa-apa, Quraisy lainnya ikut merenovasi. Nabi Muhammad SAW memberikan solusi jitu tentang siapa yang mendapat kehormatan meletakkan Hajar Aswad, yang memuaskan hati semua orang.
Putra-Putra Nabi Muhammad SAW
Putra-putra Nabi Muhammad SAW yang pertama adalah Ibrahim (dilahirkan oleh Mariyah al-Qibthiyah), yang wafat pada usia 17-18 bulan. Putra kedua adalah Al-Qasim, yang meninggal pada usia 2 tahun. Putra ketiga adalah Abdullah, yang wafat beberapa hari setelah lahir. Putra keempat adalah Zaynab, yang menikah dengan Abul Ash bin Rabi’ dan meninggal pada tahun 8 Hijriah. Putri kelima adalah Ruqayyah, yang menikah dengan Utsman bin Affan dan meninggal saat umat Islam meraih kemenangan pada Perang Badar. Putri keenam adalah Ummu Kulsum, yang menikah dengan Utsman bin Affan dan meninggal pada tahun 9 Hijriah. Putri ketujuh adalah Fathimah, yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib dan meninggal 6 bulan setelah Nabi Muhammad SAW wafat.
Hikmah Putra Nabi Muhammad SAW Wafat Ketika Masih Kecil
Hikmah putra Nabi Muhammad SAW wafat ketika masih kecil adalah untuk menjaga kehormatan anak keturunan Nabi Muhammad SAW. Hal ini juga untuk mencegah pengkultusan atau menjadikan mereka sebagai nabi.[]
Kajian tentang Nabi Muhammad SAW dalam Asuhan Abu Thalib bisa disimak di: