
Anak yatim menempati posisi istimewa dalam Islam. Kasih sayang terhadap mereka bukan sekadar amal sosial, melainkan ibadah yang berpahala besar dan sarat hikmah. Al-Qur’an dan Hadis secara gamblang menjelaskan betapa mulianya merawat mereka, serta janji Allah bagi yang tulus melakukannya. Berikut adalah tujuh keutamaan menyayangi anak yatim menurut ajaran Islam:
Menjadi Teman Rasulullah SAW di Surga
Orang yang mengasuh anak yatim dijanjikan kedekatan khusus dengan Nabi Muhammad SAW di surga. Rasulullah menggambarkan kedekatan ini seperti jarak antara jari telunjuk dan jari tengah yang hampir tak terpisahkan. Ini menunjukkan betapa tinggi derajat orang yang peduli pada anak yatim.
Kedekatan dengan Nabi SAW di akhirat adalah impian setiap Muslim. Dengan merawat anak yatim, kita meneladani sikap beliau yang selalu lembut dan penyayang kepada mereka. Ini juga mencerminkan komitmen untuk mengikuti sunnah Nabi dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana tercantum dalam salah satu riwayat,
“Aku dan orang yang memelihara anak yatim di surga seperti ini,” (HR. Bukhari)
sambil beliau mendekatkan kedua jari telunjuk dengan jari tengahnya.
Dijamin Masuk Surga
“Siapa yang memberi makan dan minum anak yatim di kalangan Muslimin, pasti Allah akan memasukkannya ke surga.” (HR. Tirmidzi)
Allah SWT menjamin surga bagi siapa saja yang memenuhi kebutuhan anak yatim, selama ia tidak melakukan dosa besar yang tak diampuni (seperti syirik). Janji ini menegaskan bahwa kasih sayang pada anak yatim adalah “tiket” menuju surga, asalkan diiringi keikhlasan dan ketakwaan.
Selain memberi makan dan minum, pengasuhan harus disertai pendidikan akhlak dan agama. Ini juga mengingatkan bahwa dosa besar dapat menghalangi janji ini, sehingga motivasi utama haruslah mencari ridha Allah, bukan sekadar pujian manusia.
Meraih Predikat Abrar (Orang Saleh)
Orang yang disebut abrar dalam Al-Qur’an adalah mereka yang konsisten dalam kebaikan, termasuk menyantuni anak yatim. Menjadi abrar berarti mencapai tingkat ketakwaan tertinggi, di mana amal saleh sudah menjadi kebiasaan, bukan sekadar ritual.
Ciri-ciri Abrar:
- Menunaikan nazar dan janji.
- Takut akan hari Kiamat.
- Memberi makan orang miskin, anak yatim, dan tawanan.
Dengan merawat anak yatim, kita menapaki jalan menuju derajat spiritual ini.
“Mereka memberi makan orang miskin, anak yatim, dan tawanan karena cinta kepada Allah.” (QS. Al-Insan: 5-6)
Mendapat Pertolongan Allah di Dunia & Akhirat
Allah menjanjikan pertolongan seimbang dengan pertolongan yang kita berikan kepada anak yatim. Jika kita meringankan beban mereka, Allah akan meringankan kesulitan kita, baik dalam urusan rezeki, kesehatan, maupun di akhirat kelak.
Contoh praktis:
- Membiayai pendidikan anak yatim = Allah memudahkan urusan pekerjaan kita.
- Menjaga harga diri mereka = Allah menjaga kehormatan kita dari fitnah.
“Allah akan menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim)
Terhindar dari Siksa Akhirat
Rasulullah SAW bersumpah atas nama Allah bahwa orang yang menyayangi anak yatim tidak akan disiksa di Hari Kiamat. Ini adalah jaminan langsung dari Sang Pencipta bagi mereka yang peka terhadap kepedihan anak yatim.
Allah Maha Mengetahui bahwa merawat anak yatim membutuhkan kesabaran ekstra. Dengan janji ini, Allah ingin memotivasi umat-Nya untuk tidak ragu mengulurkan tangan, sekalipun berat secara materi atau emosional.
“Demi Yang Mengutusku, Allah tidak akan menyiksa orang yang berbelas kasih pada anak yatim,” (HR. Thabrani)
Investasi Amal Jariyah yang Tak Terputus
Mengasuh anak yatim termasuk dalam kategori sedekah jariyah. Jika anak tersebut tumbuh menjadi pribadi saleh yang mendoakan pengasuhnya, pahala akan terus mengalir meskipun sang pengasuh telah meninggal.
Contoh nyata:
- Membangun panti asuhan = pahala terus bertambah setiap kali anak yatim tinggal di sana.
- Membiayai kebutuhan harian = pahala selama anak itu hidup dan berbuat baik.
“Amal manusia terputus kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Menggapai Keberuntungan
“Siapa saja yang menyeru kepada kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya itu.” (HR. Muslim)
Menyantuni anak yatim adalah bentuk amar makruf nahi mungkar. Setiap kebaikan yang diinspirasi dari tindakan kita (misal: mengajak orang lain untuk peduli) akan memberi pahala berlipat.
Menyayangi anak yatim bisa memberikan dampak berupa:
- Melembutkan hati yang keras.
- Memudahkan rezeki.
- Menghindarkan dari bencana dunia.
***
Merawat anak yatim adalah cerminan keimanan. Menyayanginya ialah lebih dari sekadar amal. Setiap rupiah yang dikeluarkan, setiap jam yang dihabiskan untuk mendidik mereka, dan setiap doa yang dipanjatkan adalah investasi abadi.
Siapa yang menyayangi yang di bumi, ia akan disayangi yang di langit.
Mari jadikan kepedulian pada anak yatim sebagai prioritas, karena di balik kelemahan mereka, tersimpan keberkahan yang tak terduga.[]