
Pemeliharaan Ka’bah oleh Suku Jurhum dan Khuza’ah
Suku Jurhum, yang merupakan keturunan Nabi Ismail AS, menguasai dan mengurus Ka’bah, Mekkah, serta kegiatan haji selama 20 abad. Pada masa itu, mereka menegakan agama tauhid dan belum ada masyarakat yang menyembah berhala. Namun, pada suatu titik, Suku Khuza’ah menaklukkan Suku Jurhum dan menguasai Mekkah. Beberapa alasan di balik penaklukan ini meliputi kecemburuan terhadap sumur air Zamzam, yang dimiliki oleh Suku Jurhum, serta dugaan bahwa Suku Jurhum telah melenceng dari agama tauhid dan melakukan kezaliman.
Ketika Suku Jurhum mendengar bahwa Suku Khuza’ah berencana menaklukkan mereka, mereka menimbun sumur air Zamzam untuk menghindari keinginan Suku Khuza’ah. Namun, pada akhirnya, Suku Khuza’ah berhasil menaklukkan Suku Jurhum dan menguasai Mekkah.
Awal Mula Kemusyrikan di Mekkah
Ketika Mekkah diambil alih oleh Suku Khuza’ah, seorang tokoh dari suku tersebut, Amr bin Luhay, membawa berhala Hubal dari Syam ke Mekkah. Awalnya, berhala tersebut ditempatkan di dalam Ka’bah, tetapi Amr bin Luhay kemudian mendorong orang-orang Mekkah untuk menyembah berhala seperti yang dilakukan di Syam. Perlahan-lahan, berbagai berhala seperti Manat, Lata, dan Uzza muncul di sekitar Ka’bah. Sebelum fathah Mekkah, terdapat sekitar 360 berhala di sekitar Ka’bah yang dihancurkan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW pernah menyebut Amr bin Luhay dalam haditsnya:
“Aku melihat Amr bin Luhay menyeret ususnya di neraka. Dia adalah orang pertama yang melukai unta (sebagai persembahan kepada berhala) dan mengubah agama Ibrahim AS.” (HR. Al-Bukhari)
Nasab Nabi Muhammad SAW
Rasulullah SAW menyebutkan nasabnya dalam hadits:
“Sesungguhnya Allah memilih Kinanah di antara keturunan Ismail, Quraisy di antara keturunan Kinanah, Bani Hashim di antara suku Quraisy, dan memilihku di antara Bani Hashim.” (HR. Muslim No. 2276)
An-Nadhr, seorang tokoh Quraisy, dikenal sebagai pendiri suku Quraisy. Namun, ada beberapa versi mengenai asal-usul nama Quraisy:
- Nama Quraisy diambil dari kata “Quris”, yang berarti ikan hiu, karena an-Nadhr pernah membunuh ikan hiu besar saat naik kapal.
- Nama Quraisy juga diambil dari kata “Taqrisy” yang berarti “berkumpul” karena mereka berkumpul setelah terpecah.
- Nama Quraisy juga diambil dari kata “Taqarisy” yang berarti “perdagangan” karena mereka dikenal sebagai pedagang.
Qushay bin Kilab dan Penguasaan Mekkah
Qushay bin Kilab, seorang keturunan Suku Jurhum, menjadi pemimpin Mekkah setelah menikahi Hubba binti Hulail, putri pemimpin Suku Khuza’ah. Setelah Hulail wafat, Qushay mendeklarasikan dirinya sebagai raja Mekkah. Namun, ini mengundang konflik dengan Suku Khuza’ah, yang akhirnya diselesaikan dengan intervensi Ya’mur bin Auf, yang menetapkan Qushay sebagai raja Mekkah berdasarkan warisan nenek moyangnya.
Qushay memiliki dua anak; Abdud Dar dan Abdu Manaf. Abdud Dar menjadi pemegang Ka’bah dan Darun Nadwah, sementara Abdu Manaf mengelola Jamaah Haji. Setelah Abdud Dar wafat, kepengurusan Ka’bah dan Darun Nadwah diberikan kepada anak-anak Abdud Dar, sementara Jamaah Haji diberikan kepada anak-anak Abdu Manaf.
Hasyim bin Abdi Manaf
Hasyim bin Abdi Manaf, salah satu keturunan Abdu Manaf, dikenal sebagai orang yang kaya dan dermawan. Dia adalah yang pertama kali memberikan remukan roti bercampur kuah kepada orang-orang yang datang untuk menunaikan haji di Mekkah. Dia juga membuka jalur perdagangan dua kali dalam setahun, yaitu pada musim dingin (asy-syitaa) dan musim panas (ash-shayf). Hasyim meninggal dunia dalam perjalanan dagangnya ke Syam, meninggalkan istrinya, Salma binti Amru, yang mengandung anaknya, Syaibah.
Syaibah dan Abdul Muthallib
Syaibah, cucu Hasyim, tumbuh di Yatsrib. Setelah dewasa, Al-Muthallib, saudara Syaibah, membawanya ke Mekkah. Syaibah kemudian dikenal sebagai Abdul Muthallib, yang menjadi pemimpin Mekkah setelah kematian Al-Muthallib.
Abdul Muthallib dan Sumur Zamzam
Abdul Muthallib memiliki mimpi empat kali yang menunjukkan keberadaan sumur Zamzam. Dalam mimpi itu, dia diperintahkan untuk mencari Zamzam, yang tersembunyi di bawah tumpukan kotoran dan darah, di paruh gagak yang tuli, dan di sarang semut. Abdul Muthallib dan anaknya, Harits, akhirnya menemukan sumur Zamzam setelah menggali sesuai petunjuk dalam mimpi. Air Zamzam yang deras keluar menjadi simbol keberkahan dan kekuasaan Abdul Muthallib.
Nazar Abdul Muthallib untuk Menyembelih Anaknya
Abdul Muthallib berjanji untuk menyembelih seorang anaknya jika dia memiliki 10 anak laki-laki. Setelah lahir 16 anak, 10 laki-laki dan 6 perempuan, Abdul Muthallib memutuskan untuk menyembelih salah satu anaknya. Setelah diundi, nama Abdullah keluar tiga kali. Namun, Abdul Muthallib akhirnya menyerahkan 100 ekor unta sebagai pengganti, setelah nasihat dari seorang dukun.
Abdullah bin Abdul Muthallib
Abdullah, putra Abdul Muthallib, menikahi Aminah binti Wahb, seorang wanita dari keturunan Abd Manaf. Aminah hamil dan melahirkan Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal, 50 hari setelah penyerangan pasukan gajah.
***
Nasab Nabi Muhammad SAW memiliki sejarah yang panjang dan penuh makna. Dari generasi ke generasi, keluarga Nabi Muhammad SAW terus menjaga dan memperjuangkan agama tauhid, meskipun menghadapi berbagai tantangan dan perubahan. Nabi Muhammad SAW adalah buah dari perjuangan dan dedikasi keluarganya, yang akhirnya membawa kebaikan bagi umat manusia.[]
Kajian seputar Nasab Mulia Nabi Muhammad SAW bisa disimak di: