
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul, dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahuinya.” (TQS. Al-Anfal [8]: 27)
Ayat di atas merupakan peringatan tegas dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada orang-orang yang beriman agar tidak mengkhianati Allah, Rasul-Nya, serta amanah yang telah dipercayakan kepada mereka. Pengkhianatan dalam bentuk apapun, baik secara sadar maupun tersembunyi, merupakan bentuk pelanggaran terhadap keimanan itu sendiri.
Makna Khianat dalam Tafsir Ulama
Dalam Tafsir Fathul Bayan fi Maqasid al-Qur’an, Imam al-Kinuzzi mengutip pernyataan Ibnu Abbas RA:
“Janganlah kalian mengkhianati Allah dengan meninggalkan kewajiban-kewajiban yang Allah perintahkan kepada kalian, dan jangan pula mengkhianati Rasul dengan meninggalkan sunnah-sunnah beliau serta melakukan kemaksiatan terhadap beliau.”
Meninggalkan kewajiban seperti shalat, puasa, zakat, dan kewajiban lainnya merupakan bentuk pengkhianatan terhadap Allah. Demikian pula dengan tidak menegakkan hukum syariat, terutama bagi para pemimpin, adalah bentuk pengabaian terhadap amanah besar yang dibebankan oleh Allah SWT.
Imam Ash-Shabuni menegaskan bahwa amanah mencakup seluruh perintah dan larangan Allah kepada hamba-Nya. Menunaikan amanah berarti menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, termasuk menjauhi riba, zina, dan perbuatan haram lainnya.
Khianat: Sifat yang Bertentangan dengan Iman
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidak akan berkumpul dalam hati seorang hamba antara keimanan dan kekufuran, kejujuran dan kebohongan, serta amanah dan khianat.” (HR. Ahmad)
Hadits tersebut menunjukkan bahwa khianat adalah lawan dari amanah. Jika seseorang berkhianat, berarti dalam dirinya tidak ada sifat amanah. Begitu pula, khianat merupakan tanda kemunafikan sebagaimana disebutkan dalam hadits:
“Tanda orang munafik ada tiga: apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila diberi amanah ia berkhianat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ilmu Tanpa Amal: Pengkhianatan terhadap Amanah Ilmu
Salah satu bentuk paling berbahaya dari pengkhianatan adalah ketika seseorang mengetahui kebenaran namun tidak mengamalkannya. Rasulullah SAW bersabda:
“Orang yang paling keras siksaannya di hari kiamat adalah orang yang berilmu, tetapi tidak memanfaatkannya.” (HR. Thabrani)
Fudhail bin Iyadh bahkan menegaskan bahwa para ulama yang tidak mengamalkan ilmunya akan diazab lebih dahulu sebelum para penyembah berhala. Abu Darda RA dan Imam Al-Ghazali juga mengingatkan bahwa celakanya orang yang berilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya jauh lebih besar dibandingkan mereka yang tidak tahu.
Teladan Amirul Mukminin dalam Menjaga Amanah
Kisah Umar bin Khattab RA adalah teladan tentang amanah kepemimpinan. Ketika melihat rakyatnya kelaparan, beliau sendiri memikul sekarung makanan dan mengantarkannya kepada rakyat. Beliau memahami betul bahwa jabatan adalah amanah, dan pengabaian terhadap amanah tersebut adalah bentuk pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Amanah adalah Jalan Keimanan
Amanah bukan hanya tanggung jawab sosial, tetapi merupakan manifestasi keimanan seseorang. Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya adalah bentuk menjaga amanah. Sebaliknya, mengabaikan kewajiban dan melanggar larangan-Nya adalah bentuk pengkhianatan terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang menjaga amanah dan dijauhkan dari sifat khianat. Wallahu a’lam bishshawab.[]
Disarikan dari kajian dengan tema tersebut di NSTV: