
Belajar dari Keangkuhan Kaum Tsamud: Memahami Ibrah dan Menguatkan Iman
Kisah Kaum Tsamud: Keangkuhan Berujung Kehancuran
Kaum Tsamud adalah salah satu umat terdahulu yang kisahnya diabadikan dalam Al-Qur’an sebagai pelajaran dan peringatan. Allah mengutus Nabi Saleh AS kepada mereka. Mereka adalah kaum Arab Badawi yang tinggal di wilayah yang sekarang dikenal sebagai Madain Saleh atau Al-Hijr, terletak antara Hijaz dan Tabuk.
Yang menjadi ciri khas sekaligus keangkuhan mereka antara lain:
- Kekuatan Fisik Luar Biasa: Kaum Tsamud terkenal dengan kekuatan fisiknya yang perkasa. Ciri khas mereka yang paling menonjol adalah kemampuan memotong dan memahat bebatuan-bebatuan besar di lembah (Wadil Qura) untuk dijadikan bangunan dan tempat tinggal. Para ulama tafsir menyatakan bahwa mereka adalah kaum pertama yang membangun tempat tinggal dengan cara memahat gunung-gunung batu, membangun sekitar 1.700 kompleks perumahan dari bebatuan di Wadil Qura. Ini menunjukkan kehebatan arsitektur dan kekuatan fisik mereka yang luar biasa.
- Perbuatan Fasad (Kerusakan): Kaum Tsamud, seperti kaum Ad dan Firaun, banyak berbuat kerusakan di muka bumi. Kerusakan ini mencakup kerusakan akidah (keyakinan), amal perbuatan, kejahatan, dan kesewenang-wenangan. Mereka adalah penyembah berhala.
Tantangan dan Penolakan Terhadap Nabi Saleh
Nabi Saleh diutus untuk menyeru kaum Tsamud agar menyembah Allah semata, mentauhidkan-Nya, dan meninggalkan berhala-berhala. Namun, sebagian besar dari mereka memilih kekufuran dan bersikap angkuh. Mereka melakukan berbagai kejahatan, baik dengan lisan maupun perbuatan, dan bahkan berupaya membunuh Nabi Saleh.
Dalam keangkuhan mereka, para pemuka kaum Tsamud yang sombong mengolok-olok orang-orang beriman yang dianggap lemah. Mereka bertanya dengan nada mengejek, “Tahukah kalian bahwasanya Saleh itu utusan dari Tuhannya?”
Menariknya, orang-orang beriman dari kaum Tsamud tidak menjawab dengan “ya” atau “tidak”. Mereka justru menjawab dengan kebanggaan, “Sesungguhnya tanggapan kami terhadap apa-apa yang kepadanya Saleh diutus, kami adalah orang-orang yang mengimaninya.“
Jawaban tersebut, dalam ilmu balaghah, disebut “uslubul hakim“, yaitu memalingkan jawaban atau tanggapan atas suatu pertanyaan kepada hal lain yang lebih layak diungkapkan atau dipahami. Ini menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar mengetahui, tetapi juga menyadari dan mengimani kebenaran kenabian Nabi Saleh, menegaskan identitas mereka sebagai mukmin. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita untuk menunjukkan kebanggaan sebagai mukmin dan muslim dalam menghadapi stigmatisasi atau olok-olok.
Mukjizat Unta dan Penghinaan Berujung Azab
Kaum Tsamud menantang Nabi Saleh untuk mendatangkan mukjizat seekor unta betina yang keluar dari batu, lengkap dengan ciri-ciri spesifik. Nabi Saleh menyanggupi tantangan tersebut dengan izin Allah. Allah pun menghadirkan unta tersebut sebagai bukti kebenaran Nabi Saleh dan sebagai ujian bagi mereka. Nabi Saleh berpesan agar mereka membiarkan unta itu makan di bumi Allah dan tidak mengganggunya. Jika tidak, azab yang dekat akan menimpa mereka.
Namun, dalam kesombongan dan kecongkakannya, kaum Tsamud malah menyembelih unta mukjizat tersebut. Meskipun yang menyembelih adalah Qudar bin Salif, perbuatan itu dianggap sebagai perbuatan seluruh kaum Tsamud karena didasarkan pada kesepakatan dan keridaan mereka. Mereka tidak suka karena unta itu mengurangi akses mereka terhadap air minum.
Sebagai balasan atas keangkuhan dan kezaliman mereka, Allah menimpakan azab yang dahsyat. Nabi Saleh memberi peringatan bahwa azab akan datang setelah tiga hari. Azab yang menimpa kaum Tsamud adalah gempa bumi (rajfah) yang sangat dahsyat dan suara keras yang mengguntur (sayhah). Bangunan-bangunan kokoh yang mereka banggakan, yang dirancang anti-gempa dan kedap suara, tidak mampu melindungi mereka. Akibatnya, mereka mati bergelimpangan di rumah-rumah mereka, seolah-olah mereka belum pernah tinggal di tempat itu.
Pelajaran Berharga bagi Umat Akhir Zaman
Kisah kaum Tsamud memberikan banyak ibrah (pelajaran) bagi kita, di antara sebagai berikut:
- Kekuatan, Kekuasaan, dan Harta adalah Ujian: Kaum Tsamud sombong dengan kekuatan fisik, Firaun dengan kekuasaan, dan Qarun dengan harta. Namun, semua itu adalah ujian dari Allah. Orang-orang yang terpedaya oleh hal-hal tersebut dan tidak menyadari hakikat diri mereka akan memilih jalan kekafiran.
- Keadilan Allah: Allah tidak akan mengazab suatu kaum melainkan setelah Dia mengutus para pemberi peringatan (rasul) kepada mereka. Azab Allah bisa datang di dunia maupun di akhirat.
- Kekhususan Umat Muhammad SAW: Berbeda dengan umat-umat terdahulu yang seringkali dibinasakan secara keseluruhan, umat Nabi Muhammad SAW memiliki kekhususan di mana azab tidak selalu menimpa seluruh umat secara langsung. Namun, krisis penghidupan dan azab tetap menimpa mereka yang berpaling dari Al-Qur’an. Bahkan, depresi dan stres di kalangan musuh (misalnya Zionis dan tentara Amerika) dapat menjadi bagian dari azab yang disegerakan di dunia.
- Hakikat Pertolongan Allah (Nasrullah): Pertolongan Allah itu dekat dan tidak terbatas pada satu dimensi saja. Ia mencakup penguatan bagi orang beriman, kemenangan atas musuh, kemudahan dalam perjuangan, hingga tegaknya kekhilafahan.
- Orang-orang yang sehat akal pikirannya tidak akan mengolok-olok apa yang dibawa rasul-Nya. Saat ini, bagi umat Nabi Muhammad disuguhkan Islam dengan seluruh ajarannya. Maka siapa yang mengolok-olok syariat Islam yang hendak ditegakkan, takutlah akan azab Allah.
- Jangan Mempersekusi Dakwah: Kisah kaum Tsamud, yang mempersekusi dakwah Nabi Saleh bahkan membunuh unta mukjizat, adalah pelajaran agar kita mendukung dakwah dan bukan justru menolaknya.
Marilah kita memohon pertolongan dan perlindungan kepada Allah dari sikap-sikap kaum zalim dan angkuh. Harta, tahta, jabatan, kekuatan fisik, dan kesehatan hanyalah ujian. Siapa yang bersyukur akan mendapatkan pahala kebaikan, dan siapa yang kufur akan mendapati balasannya.[]
Disarikan dari kajian dengan tema tersebut di NSTV: