
Sesungguhnya, pergolakan Pakistan versus India dipelihara AS untuk genosida Muslim Kashmir.
India melakukan serangan ke Pakistan, Rabu pagi (7-5-2025). Ini adalah agresi terang-terangan yang dilakukan India atas nama memerangi terorisme dengan nama operasi Sindoor. India menyatakan telah meluncurkan serangan rudal ke sembilan lokasi di Pakistan dan wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan. Pakistan menyatakan telah menembak jatuh lima pesawat India. Warga di Muzaffarabad, Kashmir, yang dikuasai Pakistan, terbangun oleh ledakan besar pada Rabu pagi. Rudal India menghantam 9 lokasi di Pakistan dan menewaskan 31 orang. Serangan tersebut merupakan respons India terhadap serangan di Kashmir pada akhir bulan lalu.
Kota wisata Pahalgam yang tenang di Kashmir yang dikelola India, Selasa (24-4-2025) diguncang oleh sebuah serangan brutal yang menewaskan sedikitnya 26 turis. Ini merupakan serangan paling mematikan terhadap para turis di wilayah ini dalam seperempat abad terakhir dan telah meningkatkan kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan antara India dan Pakistan.
Aroma Busuk
Ada aroma busuk pecah belah di Khasmir karena nasionalisme. Sebelumnya Khasmir dikuasai kaum muslim kemudian dipecah belah karena ketiadaan Khilafah Islamiah. Mengingatkan kembali Pembantaian Jammu yakni genosida muslim Khasmir oleh Hindu India yang menewaskan 600 ribu kaum muslim. Tujuan utama penguasa Hindu adalah mengubah komposisi demografi daerah tersebut dengan menghilangkan populasi muslim. Kasus ini hampir sama dengan kasus Uighur yakni melakukan genosida muslim.
Ada dua analisis yang menguatkan aroma busuk tersebut. Pertama, perang antara Pakistan dan India adalah bagian dari konflik Khasmir. Apa yang terjadi di Pahalgam dan klaim India adalah serangan yang didukung Pakistan dibalas oleh India dengan operasi Sindoor dengan nama perang melawan “terorisme”. Dibalas lagi dengan operasi Bunyanun Marsoos. Sebenarnya ini adalah bagian dari konflik yang ada di Khasmir. Pemicunya adalah Pahalgam dan dibalas Pakistan.
Kedua, ini adalah bagian dari politik pecah belah (devide et impera) dari Inggris sejak 1947, karena sebenarnya dahulu berada dalam naungan Kekhilafahan Islam. Inggris memecah belah dengan meniupkan nasionalisme.
Konflik India dan Pakistan berpotensi melebar ke perang nuklir karena mereka teknologi itu semua. Hanya saja kedua negara ini berada di bawah hegemoni Amerika Serikat (AS). India-Pakistan dikendalikan AS untuk menghadang Cina. Apabila melihat sejarah, dulu wilayah Pakistan-India berada di bawah kepemimpinan Panglima Muhammad bin Qasim dan termasuk ke dalam bagian dari wilayah negeri muslim.
Mereka bersatu dalam naungan Islam yakni Khilafah Islamiah. Inggris memerangi Khilafah Islam 1819—1846 sampai merebut dan membagi menjadi Pakistan-Bangladesh, India, dan Khasmir. Khasmir disewakan kepada Hindu (India) selama 100 tahun berdasarkan perjanjian Amritsar (1846). Khasmir diperintah oleh Hindu karena kesepakatan tersebut.
Khasmir adalah dampak konflik akibat nasionalisme. Ketika Khilafah Islamiah runtuh karena pecah belah nasionalisme yang dilakukan Inggris. Sekarang konflik itu dipelihara oleh Presiden AS Donald Trump. Trump menciptakan api pergolakan di Khasmir yang berakibat muslim di Khasmir digenosida dengan menaikkan opini “terorisme”. Di sinilah pentingnya umat Islam memahami hadirnya Khilafah Islamiah. Ketika tidak ada khilafah, umat Islam hanya dijadikan obyek yang ditindas tiada henti. Umat Islam harus bersegera untuk bersatu dalam naungan institusi Islam yakni Khilafah Islamiah, karena hanya khilafah yang bisa menjadi junnah (perisai) umat Islam.[] Ika Mawarningtyas
Untuk lebih lengkapnya, Anda bisa menyimak kajian seputar konflik Kashmir di atas pada video di bawah ini: