
Koreksi Atas Mitos Politik: Saatnya Menyucikan Makna dan Peran Politik dalam Islam
Dalam percakapan sehari-hari, istilah “politik” seringkali dibayangi oleh stigma negatif: kotor, penuh tipu daya, hanya untuk kalangan tua, bahkan dianggap sebagai ajang rebutan kekuasaan. Padahal, jika ditelusuri dari akar historis dan makna terminologisnya, politik memiliki dimensi mulia dan strategis, khususnya dalam perspektif Islam.
Apa Itu Mitos?
Secara umum, mitos adalah kisah yang dianggap sakral oleh komunitas tertentu, walau kebenarannya belum tentu dapat diterima oleh komunitas lain. Dalam konteks politik, mitos muncul sebagai keyakinan keliru yang tumbuh dan mengakar kuat, membentuk persepsi publik yang salah arah.
Menyigi Makna Politik
Secara etimologis, kata “politik” berasal dari bahasa Yunani “polis” (negara kota) dan “polites” (warga negara). Dalam bahasa Arab, dikenal istilah “siyasah” yang berarti mengurus urusan manusia. Dalam makna terminologis, politik mencakup tiga aspek utama:
- Upaya memperoleh, memperluas, dan mempertahankan kekuasaan (politics).
- Rangkaian kebijakan untuk mencapai tujuan tertentu (policy).
- Pengaturan urusan masyarakat secara praktis, baik di dalam maupun luar negeri (siyasah).
Dengan definisi ini, kita melihat bahwa politik tidak semata-mata soal kekuasaan, tapi merupakan perangkat penting dalam mengelola kehidupan publik secara adil dan bijak.
Mitos-Mitos Politik yang Perlu Dikoreksi
1. “Politik itu kotor.”
→ Faktanya, politik dalam Islam adalah kegiatan suci yang berkaitan dengan pengurusan urusan umat. Ketika dijalankan sesuai syariat, politik adalah amanah, bukan celah korupsi.
2. “Politik itu mengerikan.”
→ Faktanya, politik Islam mengedepankan kedamaian dan dialog untuk meraih kepercayaan umat, bukan dengan intimidasi atau kekerasan.
3. “Politik hanya untuk orang tua.”
→ Faktanya, anak muda adalah ujung tombak perubahan. Dalam sejarah Islam, banyak pemimpin muda seperti Usamah bin Zaid dan Muhammad Al-Fatih.
4. “Politik adalah rebutan jabatan.”
→ Faktanya, politik adalah amanah besar yang menuntut keadilan, kejujuran, dan kesungguhan dalam melayani masyarakat.
Subjek Politik dalam Islam
Politik Islam melibatkan tiga elemen utama:
- Khalifah (pemimpin)
- Rakyat
- Aturan Islam (syariah)
Politik dalam negeri mencakup sistem pemerintahan, ekonomi, sosial, dan pendidikan. Sedangkan politik luar negeri mencakup dakwah, hubungan internasional, dan jihad.
Konstelasi Internasional & Tanggung Jawab Umat
Memahami dinamika politik global menjadi kewajiban umat. Struktur hubungan internasional, negara adidaya, serta arah kebijakan global harus dikaji untuk mengetahui sejauh mana peluang perubahan menuju sistem Islam dapat terbuka. Wilayah-wilayah strategis seperti Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara, dan Afrika adalah bagian dari skenario global yang saling memengaruhi.
Politik Islam adalah Ibadah
Membedah politik dari sudut pandang Islam berarti mengembalikannya pada posisi aslinya: bagian dari ibadah dan pengabdian kepada Allah. Politik bukan instrumen kecurangan, melainkan wasilah untuk menegakkan keadilan. Karena itu, umat Islam—terutama para pemuda—tidak boleh apatis, tetapi harus mengambil peran sebagai agen perubahan demi tegaknya kemuliaan syariah di muka bumi.
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.” (HR. Ahmad)
Saatnya umat Islam mencuci tangan dari mitos-mitos politik yang menyesatkan, dan menegakkan kembali makna sejati politik yang Islami—sebagai amanah, bukan arena rebutan.[]
Disarikan dari kajian dengan tema tersebut di NSTV.