
Oleh: Murniati, SP (Ketua Komunitas Ibu Hebat Balikpapan, Pemerhati Sosial)
Bulan berganti bulan, tak terasa kita telah memasuki tahun baru Islam, 1 Muharram 1447 H. Muharram disambut suka cita oleh umat islam dan dikenal dengan tahun baru Islam. Momen tahun baru merupakan saat yang tepat bagi umat Islam melakukan muhasabah, introspeksi diri; apakah pergantian tahun berkorelasi dengan perbaikan kondisi umat atau malah sebaliknya, umat Islam semakin terpuruk.
Persoalan demi persoalan masih menyelimuti kehidupan umat Islam. Palestina masih membara, genosida terhadap umat Islam yang dilakukan oleh Zionis Yahudi masih terus berlangsung, walaupun saat ini Iran hadir sebagai negara yang melakukan perlawanan dan penyerangan terhadap Israel, tapi negeri-negeri Islam lainnya di Timur Tengah masih gamang menentukan posisinya dan cenderung berada di pihak Zionis. Persatuan umat Islam menjadi barang mahal. Padahal ini adalah sumber kekuatan umat.
Di dalam negeri kondisi umat Islam pun memprihatinkan; persoalan demi persoalan menimpa bangsa ini yang penduduknya mayoritas Muslim. Mulai dari persoalan sosial, ekonomi, hukum, pendidikan, kesehatan, dan aspek-aspek yang lain pun tak luput dari permasalahan.
Di sektor pendidikan misalnya, maraknya tawuran antarpelajar, bullying sesama siswa, seks bebas dan narkoba, menjadi life style remaja hari ini yang notabene mengecap bangku sekolah dan perkuliahan. Fakta-fakta ini adalah gambaran gagalnya dunia pendidikan dalam mencetak generasi berkualitas. Jika sudah demikian bisakah kita berharap bangsa ini dapat bangkit dari tangan generasi-generasi rapuh? Tentu jawabannya tidak.
Di sektor ekonomi, pertumbuhan ekonomi bangsa ini di tahun 2024 hanya mencapai angka 5,03%, melambat dari tahun sebelumnya yang mencapai angka 5,05%. Sementara utang luar negeri melonjak secara signifikan. Bank Indonesia mencatat posisi utang luar negeri Indonesia pada Februari 2025 mencapai angka 427,2 miliar USD atau setara dengan Rp. 7.144,6 triliun. Sebuah angka yang fantastis. Jika sebuah negara berada pada posisi demikian apakah bisa dikatakan sebagai negara yang bangkit? Sementara dari aspek ekonomi telah terperangkap dalam jebakan utang luar negeri yang tentunya sangat berkorelasi terhadap independensi sebuah negara dalam menentukan arah kebijakan dalam dan luar negerinya.
Hari ini predikat sebagai umat terbaik yang Allah sematkan pada umat Islam tak nampak nyata dalam kehidupan. Umat Islam harus merenungkan kembali dan mencari akar masalah penyebab hilangnya kemuliaan sebagai umat terbaik.
Berbicara soal kebangkitan, Islam sebenarnya telah menuntun kita seperti apa konsep kebangkitan yang hakiki. Rasulullah SAW. adalah sosok yang paling berpengaruh di dunia yang mampu mengantarkan suatu bangsa dari keterpurukan dan kejahiliyahan menjadi suatu bangsa yang memiliki peradaban yang maju bahkan terdepan di dunia. Kemampuan Rasulullah dalam membangun masyarakat Islam di Madinah yang diawali dengan peristiwa hijrahnya bersama para sahabatnya dari Mekkah ke Madinah adalah sebuah gambaran riil kebangkitan suatu bangsa yang hakiki berlandaskan akidah Islam.
Hijrahnya Rasulullah menjadi tonggak sejarah, di mana Islam kemudian berdiri sebagai sebuah peradaban yang sangat maju. Dari aspek pendidikan peradaban Islam terdepan selama 13 abad, menghasilkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan. Begitu banyak sosok-sosok saintis yang berpengaruh yang dilahirkan dari sistem pendidikan Islam, di antaranya: Ibnu Sina yang dikenal sebagai bapak kedokteran, Al-Khawarizmi yang dikenal sebagai ilmuwan matematika dan pakar astronomi, Jabir Ibnu Hayyan yang dikenal sebagai ahli Metalurgi, dan masih banyak lagi sosok-sosok lainnya yang tidak hanya ahli dalam satu bidang tapi multibidang ilmu.
Begitu pun dalam aspek ekonomi dan sosial, peradaban Islam menunjukkan kegemilangannya. Sumber daya alam dikelola oleh negara semaksimal mungkin untuk dikembalikan kepada rakyat dalam berbagai macam bentuk kemaslahatan, seperti pendidikan gratis dan berkualitas, rumah sakit gratis, pembangunan fasilitas umum, jaminan keamanan, dan lain-lain.
Seandainya bangsa ini memposisikan Rasulullah sebagai panutan dalam segala hal tentunya bangsa ini tidak akan kehilangan arah dan terjerembab dalam kebangkitan semu. Rasulullah mencontohkan bahwa kebangkitan hakiki hanya akan dapat diperoleh dengan menjadikan akidah Islam sebagai asas kebangkitan yang akan mengantarkan pada kebangkitan berfikir. Karenanya perlu upaya serius untuk melakukan edukasi secara intens di kalangan umat Islam tentang bagaimana langkah-langkah Rasulullah dalam membentuk kesadaran kolektif terkait kebangkitan hakiki. Mewujudkan kesadaran politik di tengah- tengah umat, dan menjadikan pemikiran Islam sebagai satu-satunya standar kehidupan.
Jika hal ini dilakukan, Indonesia tentu mampu bangkit sebagai sebuah negara besar, negara yang tidak hanya menjadi rumah bagi umat Islam tapi juga rumah bagi agama-agama lain, sebagaimana Rasulullah mencontohkan berdirinya sebuah peradaban yang kokoh di mana di dalamnya tidak hanya dihuni oleh umat Islam tapi juga dari agama-agama lain.
Di momen bulan Muharram ini saatnya bangsa ini merenung, apakah memilih bertahan pada kebangkitan semu atau berupaya merealisasikan kebangkitan hakiki yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Wallahu’alam bisshawab.[]