
Makna Mendalam di Balik Sebuah Hadits Qudsi: Rezeki, Doa, dan Ampunan dari Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup manusia bersumber dari kehendak dan pemberian Allah SWT. Dalam salah satu hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Allah menggambarkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang lemah dan bergantung penuh kepada-Nya. Hadits tersebut mengandung pesan spiritual mendalam tentang rezeki, kebutuhan hidup, serta pentingnya doa dan ampunan.
Manusia Fakir di Hadapan Allah
Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi: “Wahai hamba-Ku, kalian semua lapar kecuali yang Aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku beri.”
Makna dari kalimat ini menunjukkan bahwa manusia pada hakikatnya sangat membutuhkan pertolongan Allah dalam segala aspek kehidupan, termasuk hal mendasar seperti makan dan minum. Dalam tafsir hadits, ini disebut sebagai “ta’riful ibad bi fakrihim wa hajatin min Allah“, yaitu kesadaran bahwa manusia tidak memiliki daya upaya tanpa pertolongan-Nya.
Allah juga memerintahkan untuk berdoa dan meminta langsung kepada-Nya, karena doa merupakan salah satu bentuk ibadah untuk menarik datangnya rezeki. Namun, doa tidak menggantikan usaha. Manusia tetap diwajibkan berikhtiar sebagai bagian dari hukum kauniyah—seperti seorang suami yang mencari nafkah demi keluarganya.
Allah berfirman dalam QS Asy-Syu’ara ayat 79: “Dan Dialah yang memberi makan dan minum kepadaku.” Dan juga QS Al-Baqarah ayat 60: “Makan dan minumlah dari rezeki Allah, dan janganlah membuat kerusakan di bumi.”
Dari sini, kita pahami bahwa rezeki bukan hanya hasil dari kerja keras, melainkan pemberian yang ditakar dan ditentukan oleh Allah.
Kebutuhan akan Pakaian pun dari Allah
Dalam lanjutan hadits qudsi tadi, Allah berfirman: “Wahai hamba-Ku, kalian semua telanjang kecuali yang Aku beri pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, pasti Aku akan memberinya.”
Ini menegaskan bahwa bahkan hal duniawi seperti pakaian pun berasal dari kemurahan Allah. Islam mengajarkan bahwa doa harus meliputi segala aspek kehidupan, tidak terbatas pada hal-hal akhirat saja. Dalam QS Ghafir ayat 60, Allah menegaskan: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan.”
Namun demikian, pakaian terbaik menurut Allah bukanlah yang termahal, melainkan “libaasut taqwa“—pakaian takwa, sebagaimana disebut dalam QS Al-A’raf ayat 26. Artinya, pakaian jasmani dan rohani sama-sama penting dalam pandangan Islam.
Allah Maha Pengampun
Manusia adalah makhluk pendosa, yang kerap melakukan kesalahan siang dan malam. Namun, dalam hadits Qudsi, Allah mengingatkan: “Wahai hamba-Ku, kalian melakukan dosa siang dan malam, dan Aku mengampuni semua dosa. Maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni.”
Ayat-ayat Al-Qur’an yang mendukung ini antara lain QS Az-Zumar ayat 53: “Janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya.”
Taubat yang diterima Allah adalah taubat yang memenuhi syarat: (1) penyesalan mendalam, (2) memohon ampun, dan (3) bertekad tidak mengulangi kesalahan. Untuk dosa besar, bisa jadi harus disertai dengan hukuman atau kaffarah tertentu, sedangkan untuk dosa kepada sesama, harus disertai permintaan maaf dan pengembalian hak kepada pihak yang terzalimi.
Ketaatan dan Maksiat Tidak Memberi Dampak kepada Allah
Dalam bagian hadits lainnya, Allah menyampaikan bahwa: “Ketaatan kalian tidak menambah kemuliaan-Ku, dan kemaksiatan kalian tidak mengurangi kekuasaan-Ku.”
Allah Maha Kaya. Ibadah kita tidak menambah apa pun kepada-Nya. Allah tidak membutuhkan kita; kitalah yang membutuhkan-Nya. Dalam QS Az-Zariyat ayat 56, disebutkan: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
Namun, manfaat ibadah kembali kepada pelakunya, bukan kepada Allah. Maka dari itu, menjalankan perintah dan menjauhi larangan adalah demi kebaikan diri kita sendiri.
Luasnya Nikmat Allah Tak Terbatas
Allah juga menggambarkan bahwa jika seluruh manusia dan jin dari zaman dahulu hingga akhir zaman meminta kepada-Nya, dan semua permintaan tersebut dikabulkan, tidak akan mengurangi sedikit pun apa yang ada di sisi-Nya. Perumpamaannya seperti jarum yang dicelupkan ke dalam laut, tidak akan mengurangi air laut sedikit pun.
Ini adalah bentuk penegasan bahwa nikmat Allah sangat luas, tak terbatas, dan tidak mungkin habis. Maka jangan pernah merasa bahwa permohonan kita akan membebani-Nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
***
Hadits qudsi ini mengandung pelajaran luar biasa tentang relasi antara manusia dengan Tuhannya. Segala hal yang kita butuhkan berasal dari Allah—baik makanan, pakaian, ampunan, maupun nikmat kehidupan lainnya. Tugas kita sebagai hamba adalah memperbanyak doa, bersungguh-sungguh dalam usaha, memperbaiki ibadah, dan senantiasa berharap ampunan serta rahmat-Nya.
Dalam segala kondisi, jangan berputus asa dari rahmat Allah. Sebaliknya, jadikan doa dan taubat sebagai jalan pulang terbaik menuju ridha-Nya. Karena sesungguhnya, kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada kita, dan Allah tetap Maha Sempurna tanpa memerlukan apa pun dari makhluk-Nya.[]
Disarikan dari kajian Nafsiyah Islamiyah yang diselenggarakan di NSTV.