
NgajiShubuh.Or.Id — Masih seputar pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto tentang two state solution (solusi dua negara) adalah solusi satu-satunya masalah Palestina dan rencana Indonesia akan membuka hubungan diplomatik dengan negara Zionis. Menilik dari ucapan Prabowo tersebut ada tiga bentuk pengkhianatan yang tersirat dari pernyataan tersebut. Pertama, pengkhianatan terhadap konstitusi. Dalam pembukaan Undang-Undang 1945 telah jelas disampaikan, bahwa kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan di seluruh dunia harus dihapuskan.
Apakah selama ini, penindasan dan pengusiran umat Islam di Palestina tidak dianggap sebagai bentuk penjajahan? Atau jangan-jangan apa yang dilakukan penjajah Zionis terhadap umat Islam di Palestina dianggap benar? Padahal, faktanya sangat pedih dan menyayat hati. Bagaimana Zionis mengebom rumah sakit, sekolah, masjid, dan kamp-kamp pengungsian. Tidak pandang buluh baik bayi, anak, perempuan, atau tua renta semua dihabisi oleh Zionis.
Umat muslim Palestina kelaparan, diboikot oleh negeri-negeri Muslim di sekitarnya, diserang secara brutal dari darat maupun udara. Apakah ini tidak cukup membelalak mata penguasa negeri Zamrud Khatulistiwa? Lalu yang tertera dalam Pembukaan UUD 45 itu kemerdekaan untuk siapa yang diperjuangkan? Jangan-jangan penguasa-penguasa negeri Muslim sedang memperjuangkan kemerdekaan Zionis di atas lautan darah Muslim Palestina? Apakah pantas Zionis mendapatkan diksi merdeka padahal dialah penjajah yang sesungguhnya?
Apabila konsisten dengan pernyataan “penjajahan di seluruh dunia harus dihapuskan“, seharusnya perjuangannya adalah memobilisasi perang untuk mengusir Zionis dari Palestina. Faktanya, memang Zionis ini adalah pendatang yang berupaya merebut wilayah kaum Muslim. Pernyataan Prabowo akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel jika Zionis memberikan kemerdekaan kepada Palestina, itu jelas bentuk inkonsistensi terhadap konstitusi. Sekalipun suatu saat nanti Palestina merdeka, Indonesia tidak boleh membuka hubungan diplomatik dengan negara penjajah Zionis dalam bentuk apa pun.
Kedua, pengkhianatan terhadap Islam. Sekali lagi penting untuk ditegaskan, two state solution adalah legalisasi Zionis menindas dan merampas wilayah Palestina. Jadi, solusi ini menyakiti dan mengkhianati umat Islam. Padahal umat Islam adalah satu tubuh. Jika ada sebagian umat Islam dijajah, seharusnya dorongan ikatan akidah menuntut untuk menolongnya. Bukan malah sebaliknya, yakni berkawan dengan sekutu Zionis. Apalagi membuka hubungan diplomatik itu sama saja mengakui keberadaan negara “Israel” yang lahir di atas genosida Muslim Palestina.
Ketiga, pengkhianatan kepada Allah Swt. dan Nabi Muhammad saw. Mengingatkan kembali, bahwa kita adalah hamba Allah Swt. yang diciptakan dari setetes air yang hina dan diberi kehidupan. Tidak sepantasnya sebagai penguasa negeri Muslim lebih tunduk dan takluk kepada manusia daripada Rabb-nya. Apalagi manusia ini adalah manusia yang kafir kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Apakah karena berada di depan Presiden Prancis Emmanuel Macron, lalu pemimpin negeri muslim rela “mencium” tangan Macron yang masih berlumuran darah kaum Muslim karena dukungannya kepada Zionis? Di mana marwah penguasa negeri muslim?
Pengkhianatan yang Nyata
Sungguh pengkhianatan terhadap konstitusi itu tidak berdampak signifikan, karena memang konstitusi negeri ini bisa direvisi berdasarkan kepentingan yang sedang berkuasa. Namun, bagaimana dengan pengkhianatan terhadap umat Islam? Kaum Muslim di Palestina itu akan menuntut kita. Mereka akan menagih sikap kita sebagai saudara mereka yang sedang dijajah dan ditindas? Dengan apa kita akan menjawab itu semua?
Begitu pun dengan pengkhianatan terhadap Allah Swt. dan Rasul-Nya. Bagaimana pertanggungjawaban di akhirat kelak, ketika tidak ada penolong kecuali Allah Swt. dan Rasul-Nya? Mungkinkah tegak berdiri jika masih menyandarkan ketakutan kepada manusia yang sudah dihinakan Allah Swt dan dijanjikan azab yang pedih? Sekalipun Zionis tampak kuat karena didukung Amerika dan sekutunya, tetapi tidak ada satu pun makhluk yang mampu menyaingi kedigdayaan Allah Azzawajalla dalam kehidupan ini. Ketakutan kepada Zionis penjajah adalah penyesalan yang tiada henti karena akan dikategorikan ke dalam golongan kaum munafik.
Nyatanya, posisi Zionis dan kaum kafir telah jelas di hadapan Allah Swt. Selama mereka tidak tobat lalu memeluk Islam sebagai dinnya, mereka dijanjikan azab neraka. “Allah menjanjikan (mengancam) orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah (neraka) itu bagi mereka. Allah melaknat mereka; dan mereka mendapat azab yang kekal.” (At-Taubah: 68)
Inilah pengkhianatan nyata yang harus disadari terhadap segala pernyataan yang akan dikeluarkan. Permasalahan Palestina tidak bisa diselesaikan dengan mengandalkan solusi yang ditawarkan Barat dan antek-antek Yahudi. Satu-satunya solusi untuk memerdekakan Palestina hanya dengan jihad. Seandainya tidak ada negeri Muslim yang memobilisasi jihad ke Palestina, maka hanya institusi Khilafah Islamiah yang bisa menabuh genderang jihad mengusir Zionis dari muka bumi ini. Kebutuhan umat akan hadirnya Khilafah adalah darurat dan urgen. Hanya Khilafah yang mampu mewujudkan kepemimpinan global yang membebaskan dari bentuk penjajahan apa pun dan membawa rahmat untuk seluruh alam.[] Ika Mawarningtyas