
Antara Simbol One Piece dan Syiar Tauhid: Mengkaji Paradigma dan Implikasi dalam Islam
Fenomena budaya pop, khususnya dari Jepang, telah meresap luas ke berbagai belahan dunia, termasuk di tengah-tengah umat Islam. Salah satu karya yang paling viral adalah manga dan anime “One Piece”.
“One Piece” adalah serial manga Jepang yang sangat populer, ditulis dan diilustrasikan oleh Eiichiro Oda, yang telah ada sejak tahun 1997 dan terkumpul dalam 105 volume hingga Maret 2023. Popularitasnya di Indonesia bahkan disebut-sebut mengalahkan serial manga lain seperti “Naruto”. Kisah ini berpusat pada petualangan seorang anak laki-laki yang memiliki kemampuan tubuh elastis seperti karet setelah secara tidak sengaja memakan buah iblis. Ia kemudian membentuk kelompok bajak laut Topi Jerami untuk mencari harta karun terbesar di dunia yang dikenal sebagai One Piece.
Mengungkap Paradigma di Balik Simbol One Piece
Simbol ikonik “One Piece”, berupa kepala tengkorak yang bersilangan dengan dua tulang, mengenakan topi jerami, sering disandingkan dengan bendera negara dan membawa paradigma tertentu yang perlu dikaji. Simbol ini pada prinsipnya menggambarkan empat poin utama:
- Kebebasan Mutlak (Freedom): Pesan utamanya adalah kebebasan adalah segalanya. Kehidupan bajak laut digambarkan sebagai kehidupan bebas di lautan.
- Perlawanan terhadap Pemerintah/Kekuasaan yang Tidak Adil: Simbol ini juga digunakan sebagai lambang perlawanan terhadap government atau penguasa yang korup, bahkan terhadap sistem dunia yang rusak (corrupt world government).
- Simbol ini dikenal sebagai tanda ancaman terhadap tatanan lama dan harapan bagi mereka yang tertindas.
- Meskipun ada isu lain seperti persahabatan dan impian, paradigma di baliknya tetap sesuai dengan pemahaman pengarangnya, yang tentu berbeda dengan konsepsi Islam.
Kebebasan dan Kepemimpinan dalam Tinjauan Islam
Islam memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang kebebasan dibandingkan dengan konsep kebebasan mutlak yang diusung oleh “One Piece”. Dalam Islam, manusia diciptakan bukan untuk hidup bebas semaunya, melainkan untuk beribadah dan terikat pada aturan Allah (wama khalaqtul jinna wal insa illa liya’budun). Kebebasan yang tidak memiliki batasan yang jelas, seperti yang dipahami dalam konteks sekuler atau liberal, dianggap semu dan pada akhirnya dapat menimbulkan kezaliman. Hukum asal perbuatan dalam Islam adalah terikat pada hukum syara’ (alaslu fil af’al attaqayyud bil hukmi syari).
Mengenai perlawanan terhadap pemerintahan, Islam tidak menganjurkan peruntuhan pemerintahan secara umum, melainkan menginginkan tegaknya kepemimpinan Islam yang mengatur masyarakat dengan aturan Allah. Pentingnya kepemimpinan dalam Islam sangat ditekankan, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW yang mengatur dan memimpin umat, bahkan dalam urusan dakwah dan jihad. Imam (pemimpin) diibaratkan sebagai perisai bagi umat, yang melindungi dan mengarahkan mereka. Ini adalah paradigma membangun kepemimpinan, bukan menghancurkannya secara bebas.
Pentingnya Simbol dan Ancaman Tasyabbuh bil Kuffar
Simbol bukanlah perkara sepele; ia membawa konsep dan filosofi. Simbol tengkorak, yang menjadi ciri khas bajak laut, secara historis dan universal diasosiasikan dengan kematian, bukan kehidupan atau rahmat yang dibawa Islam. Para pahlawan Muslim di lautan bukanlah bajak laut; mereka adalah mujahidin yang mengemban panji tauhid untuk menyokong futuhat (penaklukan) dalam rangka menyebarkan Islam, bukan untuk merompak atau mencari kehidupan bebas.
Penggunaan simbol-simbol yang berasal dari luar Islam dan membawa paradigma yang bertentangan adalah bagian dari attasyabuh bil kuffar (menyerupai orang-orang kafir), yang dilarang keras dalam Islam. Larangan ini mencakup ucapan, perbuatan, dan pakaian/aksesoris yang menjadi identitas non-Muslim atau membawa keyakinan yang bertentangan dengan Islam (contoh: salib, simbol Baphomet, bendera Zionis). Jika simbol-simbol tersebut dilarang, maka simbol One Piece yang membawa paradigma kebebasan bajak laut dan perlawanan terhadap tatanan, juga seharusnya tidak digunakan oleh Muslim.
Sejarah umat Nabi Nuh AS menjadi pelajaran berharga tentang bagaimana kultus terhadap simbol atau figur orang saleh dapat secara bertahap menuntun pada kesyirikan dan penyembahan berhala. Ini menunjukkan betapa berbahayanya meremehkan persoalan simbol.
Syiar Islam: Simbol Ketaatan dan Persatuan Umat
Islam memiliki syiar (simbol) sendiri yang harus diagungkan, karena ia lahir dari ketakwaan hati (min taqwal qulub). Syiarullah adalah segala hal yang dijadikan sebagai simbol ketaatan kepada Allah. Contohnya termasuk Ka’bah, Safa dan Marwah, serta yang paling relevan dalam konteks ini, panji-panji tauhid: Al-Liwa (bendera putih dengan tulisan kalimah syahadat hitam) dan Ar-Rayah (bendera hitam dengan tulisan kalimah syahadat putih). Panji-panji ini adalah simbol sunnah Nabi SAW dalam aktivitas dakwah dan jihadnya, melambangkan persatuan umat (one ummah) di bawah kalimat tauhid dan komando kepemimpinan Islam.
***
Simbol “One Piece” dengan paradigmanya yang khas tentang kebebasan dan pemberontakan terhadap pemerintahan bertentangan secara jelas dengan paradigma Islam. Umat Islam, terutama para dai dan ulama, dihimbau untuk meninggalkan simbol-simbol dan paradigma di luar Islam semacam ini. Sebaliknya, umat Islam seharusnya fokus mengemban dan mensyiarkan syiar tauhid dan kalimatut tauhid, yang merupakan nutrisi ruhani dan bagian dari ketakwaan kalbu, untuk mewujudkan masyarakat yang diatur oleh Islam.[]
Disarikan dari kajian dengan tema tersebut di NSTV: