
Penggunaan uang kertas senantiasa menimbulkan volatilitas yang tinggi. Volatilitas menimbulkan ketidakpastian, selanjutnya akan meningkatkan biaya tambahan dalam perdagangan internasional. Perdagangan internasional harus menggunakan hard money, seperti dolar, euro, pound sterling, yen, dan sekarang muncul BRICS. Apabila uang kertas tidak di-backup dengan emas, dolar menjadi fluktuatif. Penggunaan uang kertas senantiasa menimbulkan inflasi yang tinggi. Inflasi uang kertas akan berdampak sebagai berikut. Pertama, terjadi krisis, depresi (the great depressions) yang berujung malapetaka besar pada tahun 1930-an. Kedua, terjadinya krisis ekonomi Amerika Latin pada dekade 1980-an. Ketiga, munculnya krisis moneter di Asia pada pertengahan 1997. Dulu hal ini menyebabkan lengsernya Presiden RI Soeharto.
Uang kertas bisa menyebabkan inflasi karena, pertama, keberadaan seignorage (keuntungan yang diperoleh pemerintah atau bank sentral dari pencetakan uang, yang dihitung dari selisih antara nilai nominal mata uang dengan biaya produksinya). Biaya pencetakan mata uang kertas sangat rendah dan hal ini akan mendorong untuk mencetak uang melebihi penerimaan anggaran (anggaran defisit). Sebagaimana yang pernah terjadi pada saat covid ketika anggaran negara defisit, akhirnya jalan pintas yang dilakukan mencetak uang kertas lagi dan ini menyebabkan bank sentral mendapatkan keuntungan besar. Dampaknya adalah inflasi. Jadi, kalau uang dicetak berlebihan, sementara barang dan jasa terbatas, maka akan menimbulkan inflasi karena tarikan permintaan.
Kedua, keberadaan sistem cadangan sebagian (fractional reserve system). Bank umum diberi kewenangan untuk melipatgandakan uang kertas yang masuk dalam depositonya. Kalau ada uang masuk di bank umum maka kewajiban dia itu harus menyimpan uang cash 10%, logika ini sederhana tetapi ini sebenarnya rumus pelipatgandaan uang. Jika ada deposito 1 triliun, makan yang dapat dilipatgandakan bank sama dengan 10 triliun. Dalam moneter ada rumus umum untuk melipatgandakan uang tersebut. Mereka yang menabung di bank itu uangnya masuk menjadi uang digital bisa dilipatgandakan dan kewenangan ini dapat memicu inflasi.
Ketiga, keberadaan suku bungan (interest). Suku bunga itu bersifat tetap dan pasti (fix rate) tanpa mempertimbangkan risiko bisnis. Munculnya berbagai transaksi derivatif banyak didorong oleh kemudahan dalam memainkan selisih bunga (spread). Contoh, rumah apabila dijual langsung harganya 300 juta, tapi jika dikreditkan harganya 500 juta. Ketika bank itu mengkreditkan rumah dan mereka punya tumpukan surat utang. Parahnya, tumpukan surat utang itu bisa dijual dengan alasan ada selisih bunga karena bisa disekuritisasi. Permainan selisih bunga ini mengakibatkan perputaran uang di sektor finansial nonriil jauh lebih besar dibanding sektor riil. Perputaran yang yang tinggi di sektor nonriil menyebabkan kebutuhan uang melebihi penawaran barang. Inilah yang memicu inflasi yang tinggi.
Keempat, keberadaan spekulasi. Keberadaan suku bunga telah menyebabkan fungsi mata uang menjadi alat komoditas. Perubahan tingkat suku bunga maupun adanya perbedaan suku bunga telah membuka peluang tumbuhnya transaksi yang bersifat spekulatif di sektor nonriil. Akhirnya transaksi yang bersifat spekulatif akan terus menggelembung. Perputaran uang yang tinggi di sektor nonriil ini akan menyebabkan kebutuhan uang melebihi penawaran barang. Hal ini juga yang memicu terjadinya inflasi yang tinggi.
Kelima, Keberadaan kurs mata uang. Adanya perbedaan mata uang kertas antara negara memunculkan nilai kurs mata uang. Faktanya, tinggi rendahnya nilai kurs ditentukan oleh kekuatan supply and demand di pasar valuta asing (valas). Adanya fluktuasi nilai kurs ini akan mendorong munculnya jual beli mata uang yang bersifat spekulatif. Inilah yang disukai orang karena bisa melakukan judi, bisa untung atau buntung. Transaksi spekulatif yang tinggi ini akan menyebabkan kebutuhan uang melebihi penawaran barang, akhirnya inilah perjudian di sektor nonriil yang memicu inflasi yang sangat tinggi.[] Ika Mawarningtyas
Resume Kajian Politik Ekonomi Islam bagian 20 di YouTube Ngaji Shubuh: