
Berkasih Sayang terhadap Makhluk Bumi: Kunci Mendapat Kasih Sayang dari Langit
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Al-Hakim, Rasulullah SAW bersabda:
“Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Allah Yang Maha Penyayang. Sayangilah makhluk di bumi, niscaya kalian akan disayangi oleh Dzat yang di langit.”
Pesan ini menjadi landasan penting dalam ajaran Islam untuk menumbuhkan kasih sayang, tidak hanya kepada manusia tetapi juga kepada seluruh makhluk hidup—termasuk hewan dan bahkan makhluk yang tampak sepele.
Kasih Sayang adalah Cerminan Amal
Imam Nawawi menafsirkan bahwa yang dimaksud “penyayang” dalam hadits tersebut mencakup kelembutan terhadap manusia dan binatang. Bahkan dalam konteks menyembelih hewan, Islam mengajarkan agar menggunakan alat tajam agar hewan tidak tersiksa—ini bagian dari kasih sayang.
Dalam sebuah mimpi yang diriwayatkan dalam kitab Nashaih al-Ibad, Imam Al-Ghazali menceritakan bahwa Allah menerima satu amal kecilnya: ketika ia membiarkan seekor lalat yang hinggap pada alat tulis miliknya meminum tinta tanpa mengusirnya. Meski ini hanya mimpi, ia menggambarkan bagaimana amal yang tampaknya kecil bisa memiliki nilai besar di sisi Allah karena dasar kasih sayang.
Doa untuk Umat sebagai Wujud Cinta
Imam Nawawi mengajarkan sebuah doa yang baik dibaca setiap pagi setelah shalat sunnah Subuh:
اَللهم اغْفِرْ لِأُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ. اَللهم ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ. اَللهم اسْتُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ. اَللهم اجْبُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ. اَللهم أَصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ. اَللهم عَافِ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ. اَللهم احْفَظْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ. اَللهم ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدْ رَحْمَةً عَآمَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللهم اغْفِرْ لِأُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ مَغْفِرَةً عَآمَّةً يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللهم فَرِّجْ عَنْ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فَرْجًا عَاجِلًا يَارَبَّ الْعَالَمِيْن
يَارَبَّ كُلِّ شَيْءٍ بِقُدْرَتِكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ اِغْفِرْلِيْ كُلَّ شَيْءٍ وَلَا تَسْأَلَنِيْ عَنْ كُلِّ شَيْءٍ وَلَا تُحَاسِبْنِيْ فِى كُلِّ شَيْءٍ وَأَعْطِنِيْ كُلَّ شَيْءٍ
“Ya Allah, ampunilah umat Muhammad. Ya Allah, sayangilah umat Muhammad. Ya Allah, tutupilah kekurangan-kekurangan umat Muhammad. Ya Allah, berilah kecukupan kepada umat Muhammad. Ya Allah, perbaikilah (semua urusan) umat Muhammad.
Ya Allah, berilah kesehatan kepada umat Muhammad. Ya Allah, lindungilah umat Muhammad. Ya Allah, rahmatilah umat Muhammad dengan rahmat yang menyeluruh, wahai Tuhan semesta alam. Ya Allah, ampunilah umat Muhammad dengan ampunan yang menyeluruh, wahai Tuhan semesta alam.
Ya Allah, berilah kelapangan kepada umat Muhammad dengan kelapangan yang datang segera, wahai Tuhan semesta alam.
Wahai Tuhan segala sesuatu, dengan kekuasaan-Mu atas segala sesuatu, ampunilah seluruh dosaku. Janganlah Engkau menanyakan kepadaku tentang segala sesuatu. Janganlah Engkau menghisabku mengenai segala sesuatu, dan berilah aku segala sesuatu.”
Doa ini menunjukkan bahwa bentuk kasih sayang tak hanya berupa tindakan, tetapi juga dalam bentuk spiritual: mendoakan umat secara luas.
Ar-Rahman dan Ar-Rahiim: Dua Rahmat Berbeda
Imam Ibn Hajar dalam Fathul Bari menjelaskan bahwa “Ar-Rahman” mencakup kasih sayang Allah untuk seluruh makhluk—baik yang beriman maupun tidak. Sementara “Ar-Rahiim” adalah rahmat khusus yang hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman.
Itulah mengapa orang kafir bisa terlihat sejahtera di dunia, mendapat rezeki dan kesehatan, namun tidak merasakan rahmat Ar-Rahiim. Dunia ini pun, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Tidak lebih berharga dari sayap nyamuk di sisi Allah.”, dan karena itu, Allah tetap memberikan dunia kepada siapa pun, bahkan kepada yang menentang-Nya.
Balasan Setimpal untuk Amal Kasih Sayang
Hadits Nabi menyebut bahwa balasan dari amal seseorang sepadan dengan jenis amal itu sendiri. Siapa yang berbuat kasih sayang, akan mendapat kasih sayang dari Allah.
Kasus nyata tentang kaum Anshar dan Muhajirin adalah bukti kasih sayang sejati. Kaum Anshar bahkan mendahulukan kebutuhan tamunya dari kaum Muhajirin melebihi kepentingan pribadi mereka sendiri. Ini menunjukkan level tertinggi dari empati dan pengorbanan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang membantu meringankan kesulitan saudaranya, Allah akan ringankan kesulitannya di hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang kesulitan, Allah akan memudahkannya di dunia dan akhirat. Dan siapa yang menutupi aib saudaranya, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)
Tindakan Kecil, Dampak Besar
Dalam syarah Imam Nawawi disebutkan, menunaikan hajat sesama muslim adalah amalan yang sangat utama. Baik dengan ilmu, tenaga, harta, maupun sekadar doa dan nasihat, semua itu termasuk bentuk kasih sayang yang dijanjikan balasan oleh Allah.
Makna “nafasa” dalam hadits di atas bahkan menunjukkan bukan hanya meringankan beban, tapi benar-benar menghapuskan penderitaan saudaranya.
***
Dari setiap ajaran Islam dan kisah orang-orang saleh terdahulu, Islam mengajak umatnya untuk menjadi pribadi yang penuh rahmat. Menyayangi bukan hanya kepada yang dekat, tetapi kepada siapa pun yang ada di bumi. Karena sesungguhnya, balasan dari semua itu adalah kasih sayang yang jauh lebih luas dari Allah SWT—baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu a’lam bishshawab.[]
Disarikan dari kajian Nafsiyah Islamiyah yang diselenggarakan di NSTV.