
NgajiShubuh.or.id — Rasulullah Muhammadi saw. adalah teladan terbaik sepanjang massa. Tidak hanya menjadi teladan dalam hidup secara individu tetapi juga dalam lingkup masyarakat bahkan negara. Beliau saw. tidak hanya mencontoh untuk memimpin diri sebagai seorang hamba, tapi juga sebagai seorang imam keluarga (suami), dan imam negara (khalifah). Bukan hanya kepiawaiannya dalam menyampaikan risalah Islam tetapi juga teladan dalam menegakkan hukum yang telah Allah Swt. turunkan padanya.
Rasulullah saw. memimpin negara Islam di Madinah dan juga militernya. Kesiapan militer kaum muslim terjadi dalam peristiwa Baiat Aqabah II ketika kaum Ansar (suku Aus dan Khazraj) mengikrarkan untuk menjaga dan melindungi dakwah Rasulullah saw. dengan segala kekuatannya termasuk militer. Nabi Muhammad saw. pernah terlibat dalam setidaknya 64 peperangan, yang terdiri dari 26 Ghazwah (perang yang dipimpin langsung oleh beliau) dan 38 Syariah (ekspedisi militer yang ditugaskan kepada para sahabat).
Modernisasi dan Reorganisasi Militer Khilafah
Upaya modernisasi militer ditempuh untuk menghadapi kekuatan adidaya global saat itu, yaitu Romawi Bizantium dan Sasaniah Persia.
Pertama. Era Rasul dan Abu Bakar. Pada awalnya, mujahidin direkrut secara klasik dari Muhajirin dan Ansar (petani, pedagang, pemburu); mereka bukanlah prajurit profesional dan tidak digaji. Penghasilan didapatkan dari pembagian ghanimah (harta rampasan perang). Pembaruan persenjataan meliputi penggunaan Katapul dan Manjanik (dirampas dari Yahudi Khaibar) serta pengembangan Dabbah (panser/kendaraan pendobrak benteng).
Kedua. Era Umar bin Khattab. Khalifah Umar mereorganisasi dinas militer dengan tujuan profesionalisasi. Ghanimah tidak lagi dibagi-bagi tetapi dihimpun ke dalam Baitulmal, yang kemudian digunakan untuk membiayai dinas militer (seragam, peralatan tempur, dan persenjataan). Para prajurit, dari tingkat terendah hingga jenderal, mulai menerima gaji bulanan dan tunjangan jabatan/karir, memberikan mereka kebebasan finansial bagi keluarga yang ditinggalkan. Hasil reorganisasi, berhasil menaklukkan Sasaniah Persia (Perang Qadisiyah) dan mengusir Romawi Bizantium (Perang Yarmuk), serta memuliakan Baitul Maqdis.
Ketiga. Era Utsman bin Affan. Khalifah Utsman membangun armada laut (70 kapal perang) atas usulan Muawiyah bin Abi Sufyan, Gubernur Syam, untuk menandingi 1.000 kapal Romawi Bizantium. Armada ini berhasil merebut Kepulauan Siprus (Kurbus).
Keempat, militer Bani Umayyah (Pemerintahan Junta Militer): Setelah memindahkan ibu kota ke Damaskus (Damsik), pemerintahan Bani Umayyah identik dengan pemerintahan junta militer. Mereka menggantikan sunah nabawiyah dengan sunah Heracles (yaitu sistem wilayatul ahdi atau pewarisan tahta kepada putra mahkota). Perluasan wilayah berlangsung sangat cepat dan masif dalam 89 tahun (661–750 M), membentang dari Cordoba (Andalusia) hingga Teluk Sungai Indus.
Gubernur wilayah diangkat sebagai gubernur militer dengan otoritas langsung dari Khalifah di Damaskus. Para penakluk ulung di antaranya Said bin Utsman (Hurasan), Uqbah bin Nafi (Afrika Utara), dan Muhammad Al-Qasim Assaqafi (Pakistan/Hindustan). Kelemahan internal (konflik perebutan kekuasaan klan Marwani) dieksploitasi oleh Bani Abbasiyah yang berkoalisi dengan oposisi (dipimpin Abu Muslim Al-Hurasani dari Hurasan), yang menyebabkan keruntuhan mereka dalam Perang Zab.
Kelima, Bani Abbasiyah dan Pasukan Turki adalah Khalifah Al-Muktasim Billah (Khalifah ke-8) menerapkan kebijakan untuk merekrut orang-orang Turki sebagai inti pasukan elit khilafah, menggantikan orang Arab dan Persia. Pasukan ini dikenal sebagai Gilman-Gilman Turkia atau pasukan budak/hamba. Kebangkitan bangsa Turki yang menerima Islam (seperti Seljuk, Mamluk, dan Utsmani) merupakan penggenapan wasiat Nabi Muhammad SAW yang memprediksi bahwa kelompok Turki yang menerima Islam akan dimuliakan oleh Allah. Para kesatria Turki Seljuk (Daulah Salajiqoh) dan kemudian Mamluk (Turki Sirkasia) menjadi pelindung terpercaya (harisan aminan lil Islam) bagi kekhilafahan.
Keenam, Kesultanan Utsmaniyah, yang didirikan oleh Osman Bay (Atman bin Ertugrul) dari suku Kayi (Augus Turk), dikenal sebagai negara yang didirikan oleh para kesatria (ghazi state). Kekuatan Militer adalah Utsmaniyah ditopang oleh ketangguhan prajuritnya, termasuk pasukan elit Janisari (khusus), Sipahi (kavaleri berkuda), dan Akinji (pasukan perbatasan). Kekuatan ini begitu menggetarkan Eropa Kristen sehingga para penguasa sering mengungsi 2-3 bulan sebelum pasukan Utsmaniyah tiba.
Teknologi Utsmaniyah menggunakan artileri berat modern, seperti Bombardeman yang digunakan untuk membombardir tembok Konstantinopel di masa Sultan Muhammad Al-Fatih. Ekspansi armada laut Utsmaniyah di masa Kanuni Sultan Sulaiman (Khalifah ke-10) berlayar hingga mencapai Aceh. Armada udara, pada era Sultan Mehmed Rasyad (Mehmed V), pembangunan armada udara dimulai (1911) dengan kekuatan 90 pesawat dan 200 pilot, yang terlibat dalam Perang Balkan dan Perang Dunia I. Namun, kekuatan ini dilucuti oleh pasukan Sekutu melalui Perjanjian Mudros (1918).[] Ika Mawarningtyas
Disarikan dari YouTube Ngaji Shubuh TV