
Mengapa Hanya Presiden Kolombia? Ke Mana Penguasa Negeri-Negeri Muslim yang Memiliki Tentara dan Tank Tempurnya?
NgajiShubuh.or.id — Sungguh memalukan dan memilukan kelakuan penguasa negeri-negeri Muslim yang lebih memilih berdiam diri, bahkan rela menjadi jongos Yahudi demi mendapatkan keamanan semu yang mereka janjikan. Presiden Kolombia, Gustavo Petro, menyajikan sikap yang sangat kontras. Meskipun seorang non-Muslim, pidatonya mengguncang Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Petro menuding Israel melakukan genosida dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat, menyebut Donald Trump secara aktif menjadi kaki tangan kejahatan. Pidato kerasnya, termasuk ketika menyinggung kejahatan Amerika di Karibia, menyebabkan delegasi AS memilih walkout dari ruangan.
Petro secara eksplisit mengajak seluruh negara (khususnya Asia dan Amerika Latin) untuk bersatu melawan Israel, yakni maksudnya perang untuk mengusir Israel dari Palestina. Di luar markas PBB, ia ikut berorasi dalam demo anti-Israel, bahkan mengatakan, “Langgar perintah Trump, patuhi perintah kemanusiaan.” Sehari setelah aksinya, Departemen Luar Negeri Amerika mencabut visanya. Sikap Petro ini dianggap sebagai tamparan keras bagi para penguasa Muslim—terutama di Jazirah Arab—yang justru cenderung diam. Hal ini menunjukkan bahwa manusia, baik Muslim maupun non-Muslim, mampu memahami akar masalah Palestina (penjajahan) dan solusinya (pengusiran) jika menggunakan akal sehat. Penguasa Muslim seharusnya lebih lantang menyuarakan pengiriman tentara untuk jihad dan penegakan Khilafah Islamiah.
Parahnya, penguasa-penguasa negeri Muslim justru membangun “tembok besar” terhadap Palestina. Mereka menganggap Muslim Palestina bukan bagian dari dirinya, sehingga tega membiarkan Muslim Palestina berjuang sendirian. Sedihnya lagi, justru mereka mendukung Solusi Dua Negara (Two State Solution) yang menjadi karpet merah Israel untuk merampas tanah milik kaum Muslim. Pidato yang disampaikan Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum PBB ke-80 di New York dianggap bersejarah karena pemimpin Indonesia sebelumnya disebut tidak pernah hadir di forum tersebut selama 10 tahun. Pidato Prabowo fokus pada kerangka Solusi Dua Negara. Konsep dua negara tersebut bukanlah solusi melainkan ilusi perdamaian.
Bagaimana bisa mewujudkan perdamaian, jika sumber kejahatannya dibiarkan tetap ada di Palestina? Sikap Prabowo yang menyatakan, jaminan keamanan kepada Zionis Yahudi sangat melukai kaum Muslim. Justru lebih berani sikap Petro daripada sikap Prabowo. Bahkan, 21 poin rancangan Presiden AS Donald Trump untuk Palestina akan berdampak pada hilangnya entitas Muslim di Palestina secara penuh dan dominasi Yahudi terhadap Palestina secara bar-bar. Apakah hal ini tidak disadari penguasa negeri-negeri Muslim? Andaikan Trump benar bisa menguasai Palestina, tentu AS akan melebarkan keserakahannya untuk menguasai dan menjajah negeri-negeri Muslim secara utuh.
Menyorot perbandingan militer yang dimiliki negeri-negeri Muslim, sebenarnya mereka mampu melakukan pengusiran Israel dari wilayah Palestina. Namun faktanya, mereka justru menyembunyikan pesawat tempur, rudal-rudalnya, tank-tanknya, dan para angkatan bersenjata yang mereka miliki di bawah psikap pengecut, kepecundangan, dan pengkhianatan mereka kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya saw. Inilah yang menjadi luka kaum Muslim makin menganga. Sudah saatnya penguasa negeri-negeri Muslim menyadari, ketika dunia dipimpin oleh AS dengan ideologi kapitalismenya, maka yang terjadi adalah penjajahan dan kesengsaraan yang tiada henti. Sudah saatnya penguasa-penguasa negeri-negeri Muslim memilih untuk mewujudkan nasrullah (pertolongan Allah) dengan rida hijrah menuju sistem Islam kaffah dalam sistem pemerintahan Khilafah. Hanya dengan sistem ini, kemerdekaan umat Islam dapat diwujudkan.[] Ika Mawarningtyas
Disarikan dari YouTube Ngaji Shubuh TV: