
Sejarah Awal dan Ide Dasar Komunisme
Peradaban Barat mengalami transisi dari feodalisme Kristen ke modernisme, yang ditandai oleh Revolusi Prancis dan Revolusi Industri. Revolusi ini mulanya bertujuan menciptakan masyarakat yang egaliter (setara), namun faktanya justru melahirkan masyarakat kapitalis dengan stratifikasi baru: kapitalis (pemilik modal/penguasa) dan buruh. Kondisi ini menyebabkan krisis sosial, urbanisasi, serta degradasi sosial dan individu, di mana kekayaan hanya dinikmati oleh segelintir orang sementara kemiskinan dan penderitaan melanda sebagian besar lainnya.
Melihat ketidaksetaraan ini, muncullah ide Sosialisme, yaitu gagasan tentang masyarakat tanpa kelas atau strata sosial. Namun, para penganut sosialisme awal tidak menemukan metode konkret untuk mewujudkannya. Di sinilah peran Karl Marx muncul.
Filsafat Karl Marx: Fondasi Komunisme
Karl Marx, seorang keturunan Yahudi dari keluarga berkecukupan, serius dalam mewujudkan ide sosialisme. Ia dipengaruhi oleh filsuf Hegel, terutama teori dialektikanya, namun Marx mengubahnya menjadi Dialektika Materialisme.
- Materialisme: Menurut Marx, dunia ini dan semua realitas, termasuk ide dan agama, berasal dari materi. Ia menganggap ide tentang Tuhan sebagai hasil dari materi, yaitu pencarian manusia akan kekuatan yang lebih besar di tengah kesulitan hidup.
- Hakikat Manusia: Marx meyakini bahwa hakikat manusia adalah bekerja untuk tetap hidup. Oleh karena itu, dalam dunia komunis, bekerja menjadi hal yang paling utama.
- Alienasi: Marx mengkritik Kapitalisme karena memutus hubungan integral antara manusia dengan hasil kerjanya. Alat-alat produksi dikuasai oleh kapitalis, sehingga buruh hanya bisa bekerja dengan mesin milik juragan, dan hasilnya menjadi milik juragan, bukan buruh. Pemisahan buruh dari hasil kerjanya ini disebut alienasi, yang menurut Marx menentang hukum alam dan harus dihentikan.
- Perubahan Sosial (Materialisme Dialektis): Marx meminjam konsep dialektika dari Hegel, namun menerapkannya pada materi, bukan hanya ide. Ia berpendapat bahwa interaksi antara suprastruktur (ide-ide seperti Kristianitas dan etika) dan infrastruktur (manusia, lahan, sumber daya alam) akan menghasilkan masyarakat baru. Misalnya, tekanan pada masyarakat feodal melahirkan ide kebebasan dan sekularisme, yang kemudian menghasilkan masyarakat baru seperti borjuis dan proletar. Marx percaya bahwa secara alamiah, masyarakat kapitalis juga akan berdialektika dan melahirkan masyarakat sosialis.
- Revolusi dan Kesadaran Kelas: Marx melihat adanya kekuatan khusus dalam Kapitalisme (dominasi modal dan harta) yang menghalangi dialektika ini. Oleh karena itu, ia mengusulkan revolusi untuk mewujudkan perubahan. Agar revolusi terjadi, para buruh (proletar) harus memiliki kesadaran kelas, yaitu kesadaran bahwa mereka adalah kelas yang berbeda dari borjuis dan perlu mengubah sistem kepemilikan alat produksi.
Transformasi dan Adaptasi: Leninisme dan Maoisme
Meskipun Marx menulis banyak tentang teorinya (termasuk Das Kapital yang diterbitkan oleh sahabatnya, Engels), ia sendiri tidak pernah melakukan atau melihat revolusi yang dicanangkannya. Ide-idenya baru diterapkan setelah ia wafat.
- Leninisme: Vladimir Lenin di Rusia benar-benar mengadopsi dan mempraktikkan Marxisme, namun dengan modifikasi. Marx tidak membahas apa yang terjadi setelah revolusi, tetapi Lenin mewujudkannya. Setelah revolusi, alat-alat produksi dikuasai oleh negara di bawah apa yang ia sebut sebagai “diktator proletariat”. Ini melahirkan Uni Soviet, negara komunis pertama. Uniknya, ini bertentangan dengan teori Marx yang menyatakan bahwa masyarakat sosialis akan lahir setelah revolusi industri matang (seperti di Inggris), namun Uni Soviet justru lahir di Rusia yang industrinya belum matang.
- Maoisme: Kemudian, Mao Zedong di Tiongkok lebih lanjut memodifikasi Marxisme-Leninisme menjadi Maoisme. Jika Marx berfokus pada revolusi buruh di perkotaan, Mao percaya bahwa revolusi bisa terjadi di masyarakat agraris dengan mempersenjatai petani. Model Maoisme inilah yang juga diadaptasi oleh komunis di Indonesia karena Indonesia kala itu masih didominasi masyarakat agraris.
Ada beberapa istilah yang sering disamakan tapi harus kita bedakan:
- Sosialisme: Hanya ide tentang kepemilikan alat produksi secara bersama.
- Marxisme: Memberikan landasan teori dan metode (filsafat dan cara) bagi sosialisme.
- Komunisme: Istilah yang lahir dari Marx sendiri, dari kata “komunal” (kebersamaan), dan sering digunakan untuk revolusi.
- Leninisme: Penerapan Marxisme dalam bentuk negara, dengan alat produksi dikuasai negara dan dikendalikan secara diktator oleh kaum proletar.
- Maoisme: Adaptasi Marxisme-Leninisme untuk masyarakat agraris, yang memungkinkan petani menjadi pelopor revolusi.
Realitas Komunisme: Jauh dari Harapan
Sejak 1940-an, Sosialisme (dipimpin Soviet) dan Kapitalisme (dipimpin Amerika) menjadi dua kekuatan besar yang terlibat dalam Perang Dingin. Namun, mimpi Komunisme untuk menciptakan masyarakat tanpa kelas akhirnya gagal total.
- Faktanya, negara-negara komunis seperti Uni Soviet, Tiongkok, dan Korea Utara menjadi otoriter.
- Mereka menciptakan strata sosial baru, yaitu kelas pejabat negara dan kelas rakyat. Contohnya, Kim Jong-il di Korea Utara memiliki ribuan koleksi film Hollywood dan istrinya memiliki tas-tas mahal, sementara rakyatnya dilarang menonton film Hollywood dan tidak mengenal komoditas tersebut.
- Uni Soviet runtuh pada tahun 1991 karena otoritarianisme dan gejolak internal.
- Tiongkok, untuk bertahan hidup, melakukan manuver dengan mengubah ekonominya menjadi kapitalis namun tetap mempertahankan politik otoriter komunis. Ini disebut “kapitalisme otoriter”. Meskipun ekonomi Tiongkok kapitalis, berbeda dengan Amerika, di Tiongkok, kesempatan menjadi pengusaha besar lebih terkontrol oleh negara.
Perbandingan Komunisme dengan Islam
Harus ditegaskan bahwa seorang Muslim tidak mungkin berpaham Sosialisme atau Komunisme. Meskipun sekilas terlihat ada persamaan (misalnya, perhatian terhadap masyarakat), persamaan ini hanya di permukaan. Awal dari setiap ideologi adalah akidah (keyakinan dasar).
- Akidah Marxis: Materialisme, menafikkan ide tentang Tuhan, dan tujuan hidup manusia adalah bekerja.
- Akidah Islam: Berawal dari keyakinan bahwa segala sesuatu berasal dari Allah, dan tujuan hidup manusia adalah ibadah. Karena perbedaan akidah yang mendasar ini, menyatukan Sosialisme/Komunisme dengan Islam adalah “mustahil aqli” (mustahil secara logis).
Gerakan Komunisme Masa Kini
Mengenai kebangkitan komunisme saat ini, terutama di Indonesia, tampak bahwa gerakan ini cenderung tidak lagi ideologis.
- Jika ada, pergerakan Komunisme di masa kini lebih kepada kepentingan pribadi yang sesaat atau dendam yang masih tersisa dari masa lalu, terutama mengingat sejarah kelam Komunisme di Indonesia.
- Secara esensial, ideologi komunis sudah runtuh dan tidak lagi laku secara ideologis karena fakta-fakta kegagalannya sudah terlihat jelas.
Pembentukan partai politik memang efektif untuk menerapkan ideologi, karena ideologi membutuhkan kerja sama dan koordinasi untuk diterapkan di masyarakat. Namun, ketika partai politik menguasai negara, seringkali mereka tenggelam dalam kemewahan dan melupakan ideologinya, yang menyebabkan keruntuhan. Hal ini berbeda dengan Islam, di mana tujuan hidup adalah ibadah, sehingga perilaku zalim atau terlena dalam kemewahan bertentangan dengan akidah dasarnya.
Ideologi-ideologi yang lahir dari pemikiran manusia pada faktanya tidak sempurna dan memiliki banyak kekurangan. Dengan mempelajari kekurangan ideologi buatan manusia, iman kita terhadap Islam sebagai al-Haq (kebenaran) akan semakin kuat, dan semangat untuk terus memperjuangkan Islam akan meningkat.[]
Disarikan dari kajian dengan tema tersebut di NSTV: