
Dosa Pertama di Langit dan di Bumi: Bahaya Hasad dan Cara Mengatasinya
Setiap aktivitas yang kita lakukan di pagi hari seharusnya diawali dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang diberikan, termasuk nikmat Iman dan Islam. Namun, dalam perjalanan hidup manusia, tidak jarang kita berhadapan dengan fitrah yang tak bisa lepas dari kesalahan dan dosa. Penting bagi kita untuk memahami asal mula dosa agar kita dapat menjaga diri dan segera memohon ampunan saat terjerumus di dalamnya.
Imam Al-Qurthubi menjelaskan bahwa ada dosa pertama yang terjadi di langit dan dosa pertama yang terjadi di bumi, dan keduanya memberikan pelajaran penting bagi manusia.
Dosa Pertama di Langit: Hasad Iblis kepada Nabi Adam AS
Ketika Allah SWT menciptakan Nabi Adam AS dan menganugerahkan pengetahuan yang luar biasa kepadanya, Allah memerintahkan semua makhluk-Nya, termasuk malaikat dan Iblis, untuk bersujud kepada Adam. Para malaikat patuh dan bersujud, namun Iblis menolak.
Iblis bersikeras bahwa dirinya lebih baik dari Adam, dengan mengatakan, “Aku lebih baik daripadanya,” karena ia diciptakan dari api, sedangkan Adam diciptakan dari tanah. Penolakan dan kesombongan Iblis ini membuatnya menjadi kafir di hadapan Allah SWT. Menurut Imam Al-Qurthubi, penolakan Iblis ini berakar pada hasad atau dengki.
Hasad didefinisikan sebagai perasaan dengki di mana seseorang tidak menyukai nikmat yang ada pada orang lain dan berharap nikmat tersebut dicabut darinya. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 34. Sejak saat itu, Iblis juga bersumpah untuk senantiasa menggoda anak cucu Adam.
Dosa Pertama di Bumi: Hasad Qabil kepada Habil
Dosa pertama di bumi juga berakar dari hasad, yang terjadi antara dua putra Nabi Adam AS, Qabil dan Habil. Untuk melestarikan keturunan, Nabi Adam AS menerima perintah Allah agar menikahkan anak-anaknya secara silang, yaitu mereka tidak menikahi kembarannya sendiri.
Habil diperintahkan untuk menikahi Iqlima (kembaran Qabil), dan Qabil untuk menikahi Labuda (kembaran Habil). Namun, Qabil bersikeras ingin menikahi Iqlima karena parasnya yang lebih cantik. Untuk menyelesaikan masalah ini, Nabi Adam AS memerintahkan keduanya untuk memberikan kurban terbaik. Habil mempersembahkan kambing yang gemuk, sementara Qabil mempersembahkan hasil panen yang buruk.
Allah SWT menerima kurban Habil karena sesungguhnya Allah hanya menerima amal dari orang-orang yang bertakwa. Akibatnya, Qabil yang diliputi hasad karena kurbannya tidak diterima dan keinginannya untuk menikahi Iqlima tidak tercapai, akhirnya membunuh Habil. Peristiwa ini diperkirakan terjadi di pegunungan Khosyiun, sebelah utara Damaskus, Suriah.
Hasad di Zaman Modern dan Bahayanya
Meski ribuan tahun berlalu, penyakit hati hasad masih ada di sekitar kita. Hasad dapat muncul dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari lingkungan pekerjaan, bisnis, bertetangga, bermasyarakat, bahkan dalam keluarga (misalnya, antara suami dan istri, orangtua dan anak, atau mertua dan menantu).
Hasad bukan hanya sekadar keinginan untuk mencabut nikmat orang lain, tetapi juga dapat membuat seseorang menolak kebenaran jika kebenaran itu tidak datang dari dirinya atau kelompoknya. Contohnya, seperti hasad Bani Israil yang menolak kenabian Muhammad SAW karena beliau bukan dari kaum mereka.
Bagi orang yang hasad, dunia terasa sempit. Hasad ini bisa memicu dosa-dosa besar lainnya, seperti:
- Ain (pandangan mata jahat): Hasad dapat dilemparkan dalam bentuk pandangan tajam yang dapat menyakiti orang lain, bahkan menyebabkan penyakit mendadak.
- Sihir: Pada level yang lebih parah, hasad bisa mendorong seseorang untuk menggunakan sihir untuk mencelakai orang lain.
- Pembunuhan: Banyak tindak kejahatan seperti pembunuhan, baik karena kekayaan maupun dendam, berakar dari hasad.
Hati-hati dengan media sosial, karena mengunggah kehidupan pribadi, seperti foto liburan atau kemewahan, dapat memicu hasad dari orang lain yang melihatnya.
Cara Melindungi Diri dan Mengatasi Hasad
Penting untuk terus menjaga diri dari hasad, baik dari dalam diri maupun dari orang lain.
1. Mengenali dan Mengatasi Hasad dalam Diri:
- Bedakan Hasad dengan Ghibtah: Hasad adalah iri hati yang destruktif, yaitu keinginan agar nikmat orang lain hilang. Sedangkan ghibtah adalah iri hati yang konstruktif (disebut juga fastabiqul khairat), yaitu termotivasi untuk mencapai kebaikan yang dimiliki orang lain tanpa berharap nikmatnya hilang.
- Berprasangka Baik dan Berdoa: Alih-alih dengki, doakan agar nikmat yang dimiliki saudara kita menjadi berkah dan bermanfaat bagi umat.
- Ucapkan “Maa Syaa Allaah Tabarakallaah”: Saat melihat sesuatu yang mengagumkan atau yang berlebihan pada orang lain, segera ucapkan kalimat ini. Ini adalah cara untuk memuji Allah dan mencegah hasad muncul dari diri sendiri maupun orang lain.
- Lapangkan Hati dengan Fokus Akhirat: Dunia itu sempit, sedangkan akhirat itu luas. Berlapanghatilah dengan mengejar akhirat yang tak berujung, karena cinta dunia dapat membuat hati mudah ternoda. Seperti kata Ibnu Sirin, “Jika seseorang ahli surga, mengapa harus hasad pada dunianya? Jika ahli neraka, untuk apa hasad pada dunianya?”
- Qana’ah (Merasa Cukup): Menanamkan sikap qana’ah dalam diri akan membantu membersihkan hati dari hasad.
- Terus Belajar dan Muhasabah: Seorang dai atau alim ulama sekalipun tidak luput dari risiko hasad, yang dapat membakar amal kebaikan. Oleh karena itu, penting untuk senantiasa menimba ilmu, belajar adab, dan bermuhasabah diri.
2. Melindungi Diri dari Hasad Orang Lain (Termasuk Ain):
- Privasi di Media Sosial: Batasi pengungkapan kehidupan pribadi di media sosial. Tidak semua orang memiliki hati yang bersih, dan eksposur yang berlebihan dapat mengundang hasad.
- Doa dan Dzikir (Ruqyah Mandiri): Memohon perlindungan kepada Allah adalah benteng terkuat. Doa-doa yang dianjurkan untuk dibaca secara rutin, terutama sebagai ruqyah mandiri, meliputi: surah Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Surat Al-Falaq secara khusus meminta perlindungan dari kejahatan orang yang hasad apabila ia dengki. Lalu ada doa, “A’udzu bikalimatillahittammaati min syarri maa khalaq,” yang berarti kita meminta perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari keburukan apa-apa yang telah Dia ciptakan.
***
Hasad adalah penyakit hati yang berbahaya, menjadi pintu pembuka bagi dosa-dosa besar lainnya. Ia dapat menyakiti orang lain, bahkan orang terdekat, dan membuat seseorang menolak kebenaran. Maka, jadikanlah penghilangan hasad sebagai prioritas utama dalam membersihkan hati. Teruslah bermuhasabah atas diri sendiri dan berupaya keras untuk menghilangkan sifat dengki ini, serta berlindung kepada Allah dari segala keburukannya.[]
Disarikan dari kajian dengan tema tersebut di NSTV: