
Belakangan ini, Nepal dilanda aksi besar-besaran usai anak muda Generasi Z di negara itu memprotes pemerintah yang korup. Setidaknya 51 orang meninggal dunia buntut demonstrasi yang berujung chaos tersebut. Aparat keamanan menembakkan gas air mata dan water canon setelah unjuk rasa berubah rusuh. Di saat seperti itu Presiden Nepal Ram Chandra Poudel mengundurkan diri beberapa jam setelah Perdana Menteri KP Sharma Oli mundur menyusul demonstrasi rusuh hingga memicu aksi pembakaran rumah pejabat, Selasa (9-9-2025). Hal tersebut menyebabkan vacuum of power (kekosongan penguasa) di saat aksi demonstran chaos.
Menyorot hal tersebut ada beberapa hal. Pertama, ledakan kemarahan massa dipicu gerakan Nepo Kids yang tagarnya trending di platform X. Gerakan Nepo Kids adalah bentuk perlawanan sosial yang dipicu oleh kemarahan generasi muda (khususnya Gen Z) Nepal terhadap ketimpangan struktural, privilese politik, dan gaya hidup mewah anak-anak elite yang dinilai tidak sebanding dengan realitas hidup mayoritas rakyat. Hal tersebut merespons perilaku flexing anak-anak pejabat. Hal tersebut membuat Nepal lumpuh karena pejabatnya mundur dari jabatan. Memang kondisi politik Nepal dalam dua dekade ini tidak stabil. Kedua, bentuk kegagalan dalam demokrasi. Ironinya, semua bisa jadi pemimpin, tapi pemimpinnya dari komunis gagal menyejahterakan. Nepo Kids ini memicu kemarahan. Ketiga, aksi rusuh di Nepal meniscayakan perubahan yang sifatnya struktural.
Yang terjadi di Nepal hanya ganti personal, yakni perubahan struktural. Hanya saja hal tersebut, membuat kondisi negeri berasa dalam instabilitas karena respons protes masyarakat kepada pemerintahan adalah membuat kerusuhan. Sebenarnya kerusuhan yang terjadi di Nepal akan terus terjadi karena sumber kerusuhan di Nepal adalah penerapan sistem demokrasi. Demokrasi yang meniscayakan Nepal dipimpin oleh pemimpin dari ideologi mana pun akan dilengserkan apabila tidak sesuai dengan kepentingan negara penjajah yang menancapkan hegemoninya di sana.
Demokrasi adalah gagasan gagal yang dikeluarkan oleh filosof Barat. Tidak akan tercipta kesejahteraan di dalam sistem demokrasi sekuler yang mengedepankan hawa nafsu dalam mengatur kehidupan. Sepintar apa pun manusia, lulusan dari universitas mana pun, atau sebanyak apa pun gelar manusia tidak akan mampu menciptakan aturan yang menyejahterakan. Kesejahteraan umat manusia hanya tercipta jika manusia mau diatur oleh aturan dan hukum-hukum yang telah Allah Swt. turunkan. Hanya dengan syariat Islam yang diterapkan dalam segala aspek kehidupan, umat akan sejahtera dunia dan akhirat.[] Ika Mawarningtyas
Resume dari Kajian Politik bersama Ustadz Riyan, M. Ag.