
Menjaga Kemurnian Dakwah: Waspada dari Bahaya Penyimpangan dan Kompromi
Dalam perjuangan dakwah, tantangan terbesar yang dihadapi oleh sebuah jemaah dan para pengembannya adalah menjaga keistiqamahan dalam memegang prinsip (mabda) Islam. Pemikiran yang bersifat ideologis menuntut adanya jemaah, pimpinan, dan anggota yang juga bersifat ideologis, yang senantiasa terikat pada mabda tersebut. Untuk itu, diperlukan kesiapan berkorban dan kemampuan untuk melawan kepentingan pribadi demi menjaga kemurnian, kecemerlangan, dan kesucian cita-cita dakwah.
Pentingnya Akidah yang Kokoh sebagai Benteng Utama
Agar jemaah tetap berjalan lurus dan terhindar dari penyimpangan, setiap pimpinan dan anggotanya wajib mengikatkan diri pada ketentuan syariah, dan mengikatkan setiap ketentuan syariah itu dengan akidah. Akidah yang kokoh menjadi simpul paling dasar yang menjaga seorang pengemban dakwah dari penyimpangan. Sebaliknya, akidah yang rapuh akan membuat pegangan terhadap syariah menjadi lemah, sehingga kemungkinan terjadinya penyimpangan menjadi sangat besar.
Kenyataan ini bisa kita lihat pada fenomena di sekitar kita, di mana tokoh dari partai atau organisasi Islam terjerat kasus korupsi, yang menunjukkan rapuhnya pegangan mereka terhadap syariah akibat akidah yang juga rapuh. Kekuatan akidah ini harus senantiasa dipelihara melalui ibadah yang lekat, seperti salat malam dan puasa, yang terbukti efektif menekan hawa nafsu (syahwat), baik itu syahwat harta, jabatan, maupun wanita.
Bahaya Kompromi dan Realitas yang Menyesatkan
Sebuah jemaah dakwah harus memiliki dasar-dasar baku yang membatasi pemikiran dan metode berpikirnya, yang mengikat seluruh anggotanya tanpa kecuali. Visi yang lurus dan keteladanan yang baik dari para anggotanya akan membersihkan jemaah dari berbagai kotoran yang dapat melekat.
Namun, ketika dasar-dasar ini hilang, jemaah akan mengalami kemunduran. Tujuan menjadi kabur, pemikiran tidak lagi terkristalisasi, dan akhirnya jemaah tersebut terseret untuk berkompromi dengan realitas yang ada. Mereka mulai mencari-cari pembenaran (justifikasi) dan menakwilkan dalil untuk melegitimasi langkah-langkah kompromi tersebut.
Ketika sebuah jemaah menerima kompromi atau kebenaran secara sebagian (parsial), maka ia akan kehilangan kekuatan satu-satunya yang dimiliki, yaitu pemikirannya. Pada titik ini, jemaah tersebut tidak lagi menarik perhatian umat dan bahkan bisa menjadi penghalang bagi perubahan yang hakiki, karena fungsinya telah beralih menjadi pendukung kepentingan sistem yang berkuasa. Allah SWT telah mengingatkan dengan tegas dalam Al-Qur’an:
“Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.” (QS. Al-Maidah [5]: 49)
Jemaah dakwah tidak selayaknya mengadopsi logika pragmatis seperti “ambil yang ada dan tuntut sisanya” (khud wa thalib) atau menerima solusi jalan tengah (win-win solution) dalam perjuangan antara yang hak dan yang batil, karena hal tersebut secara mendasar bertentangan dengan tabiat pemikiran Islam.
Istiqamah: Kunci Meraih Pertolongan Allah
Senjata paling ampuh yang dimiliki oleh sebuah jemaah dakwah adalah pemikirannya. Jika jemaah mampu menjaga pemikiran ini, bersabar menghadapi tekanan, dan tetap berjalan di atas jalan Rasulullah SAW serta para sahabat, maka ia akan mampu mempersiapkan dua hal fundamental:
- Melahirkan sekelompok orang-orang beriman yang kokoh akidahnya.
- Menyiapkan umat untuk menerima sistem Islam secara kaffah (menyeluruh).
Penting untuk diingat bahwa pertolongan Allah (nasrullah) hanya akan datang kepada mereka yang layak ditolong. Sebagaimana firman-Nya, “Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu.”
Jemaah yang menyimpang atau berkompromi sesungguhnya sedang menjauhkan diri dari pertolongan Allah. Tanpa pertolongan-Nya, dengan kekuatan apa lagi perjuangan ini bisa dimenangkan? Kita akan kalah dalam segala hal: finansial, opini, dan kekuatan lainnya.
Oleh karena itu, keistiqamahan adalah kunci. Dengan istiqamah, jemaah dakwah akan mampu membalikkan keadaan untuk kepentingan Islam dan umat, meraih kemenangan sejati dengan pertolongan dari Allah SWT.[]
Disarikan dari kajian dengan tema tersebut di NSTV: