NgajiShubuh.or.id — Keberhasilan kekuatan kaum Muslim dalam futuhat (pembebasan/penaklukan wilayah) selalu ditopang oleh kekuatan armada tempur dan militernya. Salah satu pilar utama kekuatan militer tersebut adalah keberadaan pasukan elit khusus. Untuk memahami pentingnya pasukan khusus, kita perlu menelusuri akar pembentukannya sepanjang sejarah Islam (622–1924 M).
Pasukan Khusus di Era Rasulullah SAW (622–632 M
Dinas militer pada masa Rasulullah SAW dibentuk melalui perekrutan sahabat untuk dibina menjadi mujahidin. Syarat menjadi mujahid adalah Muslim laki-laki, baligh, berakal, sehat walafiat, memiliki izin orangtua, serta memiliki kemampuan dan harta. Karakteristik wajib bagi seorang mujahid adalah adil, jujur, taat, memiliki keberanian, dan kesabaran. Pasukan istimewa atau elit pasukan dibentuk dari kalangan mujahidin yang memiliki keistimewaan, keutamaan, atau kemampuan di atas rata-rata mujahidin pada umumnya dalam bertempur, mengorganisir, atau mengatur strategi.
Sariyah (Unit Elit Tempur): Rasulullah SAW, sebagai kepala negara (raisud daulah) dan panglima perang (amirul jihad) di Madinah, melangsungkan 64 peperangan, yang terdiri dari 26 ghazwah (dipimpin langsung Nabi) dan 38 sariyah (dipimpin wakil/sahabat terpilih). Sariyah berfungsi sebagai kesatuan elit khusus untuk melakukan pengintaian, spionase, infiltrasi, sabotase, atau perang terbatas.
Sebelum Perang Badar al-Kubra, Rasulullah mengutus 15 sariyah dari kalangan Muhajirin saja (tanpa melibatkan Anshar) karena beliau lebih mengenal karakteristik Muhajirin yang telah ditempa selama 13 tahun di Makkah.
Dinas Intelijen: Pasukan khusus juga mencakup unit intelijen. Komandan tertinggi intelijen yang diangkat langsung oleh Rasulullah adalah Huzaifah al-Yamani. Huzaifah menyimpan rahasia Nabi, termasuk identitas orang-orang munafik di Madinah, seperti gembong munafik Abdullah bin Ubay bin Salul. Huzaifah dikenal sangat teguh menjaga rahasia tersebut, bahkan dari Khalifah Umar bin Khattab, hingga beliau tersenyum dan mengungkapkan bahwa nama Umar tidak termasuk dalam catatan munafik.
Modernisasi dan Pasukan Elit di Era Khulafaur Rasyidin
Modernisasi dan reorganisasi dinas militer dimulai pada masa Khalifah Umar bin Khattab sekitar tahun 635 M. Upaya ini dilakukan untuk menandingi pasukan elit Romawi Bizantium (Praetorian) dan Sasaniah Persia.
Dukungan Negara: Sejak era Umar, mujahidin mulai mendapatkan tunjangan tahunan atau gaji bulanan. Semua kebutuhan pertahanan, mulai dari helm, baju zirah, hingga logistik, dibiayai oleh anggaran belanja negara.
Pasukan Berani Mati Perang Yarmuk (636 M): Perang Yarmuk, yang menobatkan Khalid bin Walid sebagai amirul jihad terbesar sepanjang sejarah Islam, menghasilkan pembentukan unit elit khusus yang paling heroik. Ikrimah bin Abi Jahal mengorganisir sekitar 300 sahabat menjadi “pasukan berani mati” untuk memecah kebuntuan dan menghancurkan jantung pertahanan elit Praetorian Romawi. Tindakan ini membuka jalan bagi kemenangan kaum Muslim.
Kavaleri Khusus Perang Qadisiyah (636 M): Dalam Perang Qadisiyah melawan Sasania Persia, panglima Sa’ad bin Abi Waqqas kesulitan menghadapi pasukan bergajah. Pasukan kavaleri khusus pimpinan Qa’qa bin Amru at-Tamimi (7000 pasukan) berhasil menghancurkan pasukan gajah Sasania dengan menyerang gajah secara langsung (menebas belalai, kaki, atau mencongkel mata).
Pasukan Khusus Era Bani Umayyah (661–750 M)
Pada masa Bani Umayyah, terjadi penguatan dinasti (wilayatul ahdi), di mana putra mahkota sering diangkat menjadi amirul jihad, seperti Yazid bin Muawiyah dalam upaya futuhat Konstantinopel.
Asy-Syurthah (Dinas Kepolisian): Reorganisasi militer melahirkan Asy-Syurthah, yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban negara. Asy-Syurthah adalah elit pasukan khusus yang dipilih langsung oleh khalifah karena memiliki keterampilan dan spesifikasi khusus, seperti adil, bijaksana, dan memiliki kesabaran di atas rata-rata, berbeda dengan stigma Dinas Kepolisian hari ini.
Wajib Militer: Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685–705 M) membentuk Nizhamat Taznidal Al-Izbari, yang merupakan dinas wajib militer (wamil) pertama dalam sejarah Islam, di mana semua warga negara diwajibkan ikut dinas militer jika negara membutuhkan perluasan atau pertahanan wilayah.
Pasukan Khusus Era Bani Abbasiyah (750–1258 M)
Ashabur Rayati Suud (Pasukan Panji Hitam): Pasukan panji hitam dari wilayah Khurasan, dipimpin oleh Abu Muslim Al-Hurasani, memainkan peran kunci dalam kampanye militer Bani Abbasiyah untuk menumbangkan Bani Umayyah. Pasukan Panji Hitam menjadi penopang utama kekuatan militer Bani Abbasiyah.
Gilman Turki Semenjak era Khalifah Al-Muktasim Billah, elit pasukan Arab dan Persia dari Khurasan digantikan oleh pasukan etnik Turki yang telah diislamkan. Pasukan khusus Turki ini, seperti Gilman-Gilman Turki dan pasukan kavaleri Hujariah (dibentuk pada era Khalifah Al-Muktafi Billah), bersaing untuk meraih simpati khalifah.
Murabitūn: Gerakan ribat (kesiapsiagaan di garis depan) melahirkan para murabit (frontliners). Gerakan ini membentuk Daulah Murabitun (1056–1147 M). Pada 1086 M, penguasa Murabitun, Yusuf At-Tasyfi, berhasil mengalahkan Alfonso VI di Andalusia dan menyatukan wilayah tersebut di bawah kendali Daulah Murabitun.
Pasukan Khusus Era Khilafah Utsmaniyah (1299–1924 M)
Pemerintahan Utsmaniyah (dikenal sebagai Gazi State) membentuk pasukan khusus sedari awal:
Akinji: Mirip dengan murabi, mereka adalah frontliners di wilayah perbatasan yang mahir dalam perang frontal dan taktik gerilya. Sipahi Utsmani Pasukan khusus kavaleri (berkuda) generasi awal.
Korps Janisari (Yeni Şerî / Tentara Baru): Dibentuk oleh Orhan Gazi setelah menyaksikan kehebatan pasukan Turki yang direkrut Bizantium. Janisari adalah pasukan elit yang direkrut dari bangsa Eropa/Kristen (orang-orang Balkan dan Rumelia) yang ditaklukkan. Korps ini sangat menentukan dalam penaklukan besar, termasuk Pengepungan Konstantinopel pada 1453 M, di mana 5000–7000 elit Janissari ditugaskan untuk menangkap Kaisar Konstantinus Paleologus.
Pembubaran Janisari: Korps Janisari dibubarkan pada 1826 oleh Sultan Mahmud II karena dianggap menjadi “duri dalam daging” dan sering melakukan kudeta berdarah.
Askarie Mansurie Muhammadiye Sultan Mahmud II menggantikan Janisari dengan pasukan elit baru ini, yang berarti “Pasukan Pelindung/Penolong Umat Muhammad.
Batasan Syariat dalam Intelijen dan Isu Kontemporer
Terkait batasan syar’i dalam operasi intelijen (tajassus):
- Hanya Memata-matai Musuh: Dinas intelijen hanya diperkenankan memata-matai musuh Islam dan kaum Muslim yang jelas-jelas berperang dengan Daulah Islam.
 - Dilarang Memata-matai Warga Negara: Aktivitas tajassus (memata-matai) terhadap kaum Muslim atau ahlul dzimmah (warga non-Muslim yang tunduk) di dalam negara adalah terlarang.
 - Penindakan Hukum: Jika ada laporan potensi ancaman dari warga negara, penindakan segera dilakukan oleh dinas keamanan (syurthah), diikuti dengan verifikasi informasi dan pembuktian di ranah pengadilan, bukan melalui pengintaian berbelit-belit.
 
Menyikapi isu islamofobia (ketakutan terhadap Islam), Ustaz Salman Iskandar menjelaskan bahwa ini adalah ide yang dipropagandakan oleh orang kafir Barat untuk melemahkan ummah. Kita harus menyampaikan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin (rahmat bagi semesta).
Hukum syariat tidak dilaksanakan secara tiba-tiba (ujug-ujug). Demikian pula dalam jihad atau perang (al-qital), kaum Muslim harus mematuhi adabul qital (adab-adab dalam perang), yang menjadikan perang sebagai jalan terakhir setelah menawarkan dakwah, perdamaian, atau ketundukan (dengan membayar jizyah). Sejarah membuktikan bahwa banyak warga non-Muslim (seperti Kristen Koptik di Alexandria atau Mesopotamia) justru menyambut pasukan Muslim karena ingin dibebaskan dari penguasa mereka yang zalim.
Harapan Pasukan Khusus Akhir Zaman
Khilafah Utsmaniyah dihapuskan pada 3 Maret 1924, mengakhiri kepemimpinan kaum Muslim secara global dan memecah ukhuwah Islamiyah ke dalam lebih dari 55 negara bangsa. Namun, Rasulullah SAW pernah mengabarkan tentang tiga pasukan tangguh di akhir zaman yang berasal dari wilayah Syam, Yaman, dan Biladil Asyraq (Negeri Timur). Biladil Asyraq yang terjauh diidentifikasi sebagai Min Indonesia (dari Indonesia/Biladil Jawi). Ada harapan bahwa pasukan khusus Indonesia yang diakui kehebatannya di dunia dapat menjadi bagian dari Pasukan Panji Hitam (Ashabur Rayatus Suud Mutaakhirin) yang dijanjikan, asalkan Islam menjadi tujuan hidup dan jalan perjuangan mereka.[] Ika Mawarningtyas
Disarikan dari kajian YouTube Ngaji Shubuh TV:
