
Oleh: Resti Yuslita
Gen Z bergerak. Setidaknya itulah sekelumit fakta yang kita dapati beberapa waktu terakhir ini terkait perkembangan situasi Gaza. Generasi Z atau yang lebih akrab disapa dengan Gen Z dikabarkan menggalang massa guna memprotes terjadinya pencegatan rombongan kapal Global Sumud Flotilla oleh Israel. Peristiwa ini terjadi di wilayah Maroko. Para Gen Z menuntut pembubaran atas pemerintahan yang saat ini berkuasa karena dianggap telah gagal dalam pemenuhan hak-hak rakyat (kompas.com, 4/10/2025). Tak terkecuali di Indonesia. Para pemuda berusia belasan hingga dua puluhan tahun melakukan aksi solidaritas yang terhimpun dalam Student for Justice in Palestine (SJP) yang digelar di Bandung, Jawa Barat.
Aksi pengecaman terhadap kekejian Israel merupakan reaksi wajar atas praktik ketidakdilan yang dipertontonkan secara nyata. Sebagaimana kita ketahui gerakan kemanusiaan bertajuk Global Sumud Flotilla bertujuan memberi bantuan berupa obat-obatan, bahan makanan serta kebutuhan logistik lainnya bagi rakyat Gaza yang teraniaya. Alih-alih memberi akses masuk, pihak Zionis penjajah justru mencegat kapal-kapal kemanusiaan tersebut dan melakukan deportasi kepada para aktivisnya. Pencegatan yang dilakukan pihak Israel makin menegaskan kedudukan mereka sebagai penjajah sehingga tidak berhak baginya kata perdamaian.
Tampilnya Gen Z untuk menunjukkan sikap menentang penindasan atas bangsa lain tentu sangat layak untuk kita beri apresiasi. Telah tampak bagaimana para Gen Z beralih dari zona nyamannya dan memilih untuk bergerak demi sebuah perubahan. Namun hakikat perubahan selamanya tidak akan pernah terjadi jika kita tidak mengacu pada konsep perubahan seperti apa yang diinginkan dan bagaimana cara mewujudkannya. Berbicara soal Gaza dan tanah Palestina tidak bisa kita pisahkan dari realitas bahwa wilayah tersebut merupakan milik kaum Muslim secara mutlak. Palestina merupakan tanah kharajiyah yang ditaklukkan oleh kaum Muslim pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Dengan demikian tidak dibenarkan dengan cara apa pun kepemilikan tersebut beralih kepada Zionis Israel dengan dalih solusi dua negara atau two-state solution.
Lantas, bagaimana cara kita membebaskan penderitaan rakyat Gaza dan Palestina dari penjajahan Israel? Di sinilah kepentingan kita untuk mengikuti apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para khalifah sesudahnya ketika mendapati adanya kaum Muslim yang tertindas. Allah Swt. telah memerintahkan kepada setiap Muslim untuk menolong saudaranya dengan menegakkan aktivitas jihad. Allah Swt. berfirman dalam QS An-Nisa ayat 75 yang artinya, “Mengapa kami tidak berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah,” memberi indikasi bahwa berperang di jalan Allah (berjihad) adalah wajib. Adapun efektivitas jihad hanya mungkin dikerahkan dalam skala besar oleh negara. Maka, Rasulullah saw. mencontohkan bagaimana jihad itu sejatinya dikerahkan oleh negara. Negara inilah yang akan menaungi seluruh kaum Muslim yakni Khilafah Islamiyah.
Menjadi tanggung jawab kita bersama untuk melakukan penyadaran di tengah umat, termasuk para Gen Z. Sudah saatnya umat memahami kepentingan menegakkan aktivitas jihad yang dikomandoi oleh satu kepemimpinan. Sudah waktunya pula Gen Z menampakkan kedudukan sebagai bagian umat yang terbaik dengan menyeru pada penerapan Islam secara kafah. Allahu’alam.