
NgajiShubuh.or.id — Fenomena yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa anak-anak remaja kita rentan mengalami krisis identitas. Mereka seolah-olah tidak menyadari identitasnya, mengalami disorientasi hidup, disorientasi jenis kelamin, hingga disorientasi masa depan. Mereka gampang sekali mengalami putus asa dalam hidup dan melakukan pemberontakan kepada orangtuanya. Masalah seperti kebingungan, mood swing (suasana hati berubah-ubah yang menurunkan kinerja), sensitif, mental breakdown (kondisi stres emosional dan mental yang parah sehingga seseorang tidak mampu menjalankan aktivitas sehari-hari secara normal), dan burnout (kondisi kelelahan emosional, mental, dan fisik yang ekstrem akibat stres berkepanjangan yang tidak dapat diatasi), menyebabkan penurunan motivasi dan kinerja.
Inilah dampak dari gaya hidup liberal (serba bebas) dan tatanan kehidupan sekuler kapitalisme. Sistem hidup sekuler yang mengabaikan Islam sebagai pengatur hidup telah menjadi akar penyebab generasi mengalami krisis identitas dan disorientasi hidup. Lantas, bagaimana agar remaja Muslim hari ini tidak mengalami krisis identitas?
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا ٩
“Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya).” (TQR. An-Nisa: 9)
Di dalam Islam tidak mengenal fase kritis atau fase kehilangan identitas. Fase usia generasi muda dipandang sebagai syabab atau fityatun (pemuda). Dalam Surah Al-Kahfi ayat 13, Allah berfirman, “Innahum fityatun amanu birabbihim wazidnahum huda”, yang artinya, “Sesungguhnya mereka itu pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambahkan pula kepada mereka petunjuk.” Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini bahwa pemuda lebih mudah menerima kebenaran dan lebih mudah mendapatkan petunjuk dibandingkan orang dewasa yang durhaka.
Syabab bermakna kekuatan baru, indah, tumbuh, dan awal segala sesuatu. Fase syabab ini Adalah fase emas karena penuh optimisme dan harapan, bukan kecemasan. Ini sangat berbeda dengan pandangan Barat tentang fase ini. Barat memandang pemuda hari ini dengan stigma negatif, padahal Barat sendiri yang merusak mental dan kepribadian pemuda dengan gaya hidup serba bebas (liberal) dan sekuler (mengabaikan agama sebagai pengatur kehidupan).
Untuk mencegah anak-anak kita meninggalkan generasi yang lemah (dhurriyatan dhi’afan), Allah memberikan bimbingan dalam Surah An-Nisa ayat 9.
وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا ٩
“Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya).”
Bertakwa kepada Allah Swt. adalah bentuk ketundukan, patuh, takut kepada Allah Swt. Sehingga, mendorong seorang mutakin untuk selalu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Cara menjadikan seseorang bertakwa dengan menyadarkan akan posisinya sebagai hamba yang harus tunduk. Ketika mereka sadar harus taat mereka diajak untuk senantiasa meluruskan niat. Ketika melakukan sesuatu karena Allah Swt., bukan untuk mencari keridaan manusia tetapi untuk mencari keridaan Allah Swt. Dalam benak anak senantiasa ditanamkan bangunan akidah yang kuat dan kokoh.
Untuk orangtua yang merasa anaknya sudah terlanjur berjarak atau sudah menetapkan syarat-syarat dalam berhubungan, langkah pertama adalah tobat, karena pasti ada peran orangtua di sana. Setelah itu, bayar utang pengasuhan dengan mengguyur cinta dan memperbaiki akidah. Anak-anak yang kini disebut Gen Z (yang cenderung mementingkan kesehatan mental, santai, atau instan) adalah manifestasi dari sistem kapitalis. Kita harus mengubah mindset kita: mereka adalah syabab yang penuh semangat dan mudah mendapat petunjuk, sehingga upaya kita untuk menjadikan mereka generasi emas bisa diwujudkan.[] Ika Mawarningtyas
Disarikan dari kajian YouTube Ngaji Shubuh TV: