
NgajiShubuh.or.id — Pengeboman apartemen Direktur Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza, Dr. Marwan Al-Sultan (2/7/2025) telah menambah luka kaum Muslim. Pasalnya, Dr. Marwan bersama keluarganya meninggal seketika di tempat setelah serangan Zionis tersebut dilakukan. Namun, respons Indonesia di Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI hanya berupa retorika semata. Begitu pun negeri-negeri Muslim lain; mereka hanya diam melihat kejahatan yang tidak beradab.
Kenyataannya, tidak ada satu pun negara yang mampu menghukun penjahat perang Zionis. Mereka yang teriak kemanusiaan dan hak asasi manusia (HAM) tidak ada yang mampu menggerakkan militer mengusir Zionis dari Palestina. Seolah-olah memang negeri-negeri Muslim dipersiapkan mendukung penjahat perang dan tidak berkutik dengan kesombongan Zionis.
Sebenarnya sudah tidak ada pilihan lain, kecuali bersatu dan melawan Zionis. Hanya saja kenyataannya, umat Islam masih terkungkung dalam sekat-sekat nasionalisme. Sekat nasionalisme membuat penguasa negeri-negeri Muslim tidak peduli dengan permasalahan yang menimpa kaum Muslim di belahan bumi yang lain. Ini membuat umat Islam hanya melakukan hal-hal yang bisa dijangkau, seperti memboikot produk Yahudi, menggalang donasi untuk Palestina, melakukan aksi solidaritas bela Palestina, dsj.
Sebenarnya upaya yang sudah dilakukan umat patut mendapatkan apresiasi, hanya saja perlu ditingkatkan kepeduliannya dengan cara menyerukan persatuan yang menembus batas-batas nasionalisme. Nasionalisme membuat umat Islam terpecah belah dan lemah. Inilah akibat dari penerapan sistem sekuler demokrasi kapitalisme yang mengabaikan syariat Islam. Demokrasi kapitalisme mengkondisikan umat Islam terkotak-kotak sehingga mudah dihancurkan.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (TQS. Al-Hujurat: 103)
“Dan berpeganglah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu karena nikmat-Nya, kamu menjadi bersaudara.” (TQS. Al-Imran: 103)
Dua ayat Al-Qur’an di atas sudah cukup menegur kaum Muslim untuk tidak tercerai berai. Sudah saatnya umat Islam sadar dan bersatu. Persatuan ini hanya bisa diwujudkan jika berdasarkan akidah Islam dalam naungan institusi Khilafah Islamiyah. Satu-satunya institusi yang bisa menyatukan seluruh kaum Muslim hanyalah Khilafah. Hanya khilafah yang mampu membuat jera Zionis Israel dan memusnahkan kezaliman yang selama ini ditegakkan kapitalisme sekuler.[] Ika Mawarningatyas