
NgajiShubuh.Or.Id — Tidak habis pikir dengan nalar para penguasa negeri muslim yang menyetujui two state solution (solusi dua negara). Padahal ini bukan solusi justru two state solution adalah bentuk legitimasi pencaplokan wilayah Palestina oleh kaum Yahudi. Begitu juga dengan pernyataan Presiden RI Prabowo Subianto yang menyatakan, two state solution adalah solusi satu-satunya masalah Palestina dan rencana Indonesia akan membuka hubungan diplomatik dengan negara “stunting” Zionis. Hal ini bentuk persetujuan atas segala malapetaka yang menimpa muslim Palestina.
Menilik pernyataan Prabowo saat joint statement bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron di Istana Merdeka, Jakarta (28/5) ada beberapa hal yang patut dikritisi. Pertama, menjadikan two state solution sebagai satu-satunya solusi adalah bukti bahwa Prabowo buta sejarah dan tidak memahami akar masalah yang ada di Palestina. Palestina adalah wilayah milik kaum Muslim. Ketika Zionis Yahudi datang dan meminta wilayah kepada Palestina wajar jika umat Islam tidak memberikannya karena Palestina adalah tanah wakaf yang ditaklukkan dan diberikan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra.
Pembelaan umat Islam terhadap wilayah Palestina adalah tuntutan akidah, dan membiarkannya dicaplok Yahudi adalah bentuk kemungkaran yang seharusnya dicegah oleh seluruh umat Islam. Oleh karena itu, tidak sepantasnya sebagai penguasa negeri Muslim terbesar malah mendukung solusi yang membuat Zionis leluasa mencaplok wilayah Palestina.
Kedua, pernyataan Prabowo sangat melukai dan merupakan pengkhianatan terhadap kaum Muslim. Bagaimana bisa seorang pemimpin negeri Muslim akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel? Mungkinkah kita bisa bergandengan dengan Zionis Yahudi yang tangannya masih berlumuran darah kaum Muslim? Jelas tidak bisa dan tidak akan mungkin bisa. Hubungan yang terjalin dengan Zionis Yahudi adalah perang. Yang harus dilakukan pemimpin Muslim seharusnya memobilisasi jihad melawan Zionis Yahudi, bukan malah berangkulan.
Ketiga, pernyataan Prabowo tersebut bentuk inkonsistensi dan hipokrisi sebagai pemimpin negeri Muslim. Katanya penjajahan di atas dunia harus dihapuskan; bagaimana bisa memberikan pengakuan kepada penjajah Zionis Yahudi? Faktanya, Zionis Yahudi telah terang benderang melakukan genosida terhadap muslim Palestina. Seharusnya pemimpin-pemimpin negeri muslim bersatu mengusir penjajah Yahudi dari Palestina, bukan mengakuinya.
“Israel” adalah sel kanker yang dicangkokkan Amerika Serikat (AS) dan Inggris di Palestina. Sel kanker ini seharusnya dimusnahkan supaya tidak tambah besar merusak; mengapa malah dipelihara oleh penguasa negeri-negeri Muslim? Sesungguhnya hal ini menegaskan posisi penguasa-penguasa negeri Muslim sebagai antek Yahudi. Mereka lebih takut kepada Amerika daripada menjalankan seruan Rabb-Nya. Seharusnya umat Islam menyadari hal ini dan segera berupaya mewujudkan kepemimpinan Islam dalam naungan khilafah.[] Ika Mawarningtyas